Sudah 2 Tahun, Anggaran Peremajaan Kapal Pelni Tak Kunjung Cair

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pelni Anik Hidayati

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pelni (Persero), Anik Hidayati. (Dok. Pribadi/Lingkarjateng.id)

ALOR, Lingkarjateng.id – PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) berencana membeli tiga kapal seharga Rp 4,5 triliun untuk melayani penumpang di sejumlah perairan di Indonesia.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pelni (Persero), Anik Hidayati, mengungkapkan bahwa uang muka pembelian tiga kapal penumpang tersebut dialokasikan Rp 1,5 triliun.

“Kami rapat terakhir kemarin untuk harmonisasi Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun anggaran (TA) 2024, alokasi untuk Pelni itu Rp 1,5 triliun untuk uang muka pembelian tiga kapal penumpang,” ujar Anik, di Dermaga 1 Kalabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin, 23 Desember 2024.

Anik meminta dukungan dari semua pihak agar pada 31 Desember 2024 ini pemerintah dapat segera mencairkan anggaran tersebut. Pasalnya, pengajuan anggaran sudah berlangsung selama dua tahun.

“Jadi mohon dukungannya karena proses pengajuan pencairan anggaran sejak akhir 2022 hingga saat ini,” ucap Anik.

Anik menjelaskan bahwa anggaran tersebut saat ini sedang dianalisis oleh Kementerian BUMN. Setelah disetujui, kata Anik, baru diusulkan ke Kementerian Keuangan untuk kemudian dimintakan persetujuan dari DPR RI.

“Itu yang harus kami lakukan untuk bisa melakukan peremajaan terhadap kapal-kapal Pelni,” jelas Anik.

Menurut Anik, dari 26 kapal Pelni yang sedang beroperasi, terdapat 12 kapal yang harus segera dilakukan peremajaan atau diperbarui kondisinya. Pasalnya, kapal-kapal itu sudah berusia di atas 30 tahun dan ada batasan usianya.

“Harus dipahami bahwa kapal itu ada batas usia teknis yang harus layak dan efisien untuk dioperasionalkan,” jelas Anik.

Menurutnya, peremajaan tersebut membutuhkan waktu tiga tahun. Sehingga, Pelni mengusulkan ke pemerintah agar ada penambahan modal pembelian kapal baru. Apalagi, kapal milik Pelni yang selama ini beroperasi tidak ada di pasaran.

“Jadi prosesnya panjang. Kalau sudah diputuskan, kami mendapatkan PMN, maka proses desainnya membutuhkan waktu satu tahun. Setelah itu, proses pembangunan kapal butuh waktu dua tahun. Totalnya kami harus menunggu tiga tahun baru bisa ada kapal baru,” terang Anik.

Dia menambahkan pemerintah terakhir melakukan peremajaan kapal pada 2008 silam, yaitu Kapal Gunung Dempo yang saat ini berusia 25 tahun. Sehingga, sejak 2008 hingga 2024 ini terjadilah kekosongan dan tidak ada investasi baru dalam pengadaan kapal.

“Jadi Gunung Dempo itulah kapal terakhir yang dimiliki Pelni setelah peremajaan,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version