KUDUS, Lingkarjateng.id – Data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kudus mencatat 115 kasus orang dalam HIV (ODHIV) pada Januari hingga Agustus 2025.
Manager Penanggulangan HIV/AIDS KPA Kudus, Eni Mardiyanti, menjelaskan 115 kasus HIV di Kudus itu penyebab utamanya didominasi perilaku menyimpang lelaki seks lelaki (LSL).
“LSL menjadi kelompok penyumbang kasus terbanyak di Kabupaten Kudus. Dari 115 kasus yang ditemukan, sekitar 32 kasus di antaranya dari kelompok tersebut,” ungkapnya.
Selain dari kelompok LSL, Eni menyebut bahwa orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) juga ada dari kalangan pelanggan pekerja seks, yakni 31 orang.
Kemudian, pada populasi umum terdapat 23 kasus, pasien tuberkulosis (TB) sebanyak 13 kasus, pasangan ODHIV sebanyak 8 kasus, calon pengantin sebanyak 6 kasus, wanita pekerja seks (WPS) dan ibu hamil masing-masing terdapat satu kasus.
“Data jumlah temuan kasus ODHIV tersebut, bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus,” ujarnya.
Sementara berdasarkan usia, kasus HIV di Kudus banyak ditemui dari masyarakat usia 19-59 tahun.
Eni juga menyampaikan apabila dilihat dari rentan usia, satu kasus ODHIV ditemukan pada bulan Februari dengan rentang usia 14-18 tahun. Kasus yang sama juga ditemukan pada Mei satu kasus dan Juni ditemukan dua kasus.
Lalu pada rentang usia 19-59 tahun, tercatat ada 104 kasus. Rinciannya, pada Januari ditemukan 8 kasus, Februari ada 11 kasus, Maret ada 15 kasus, April ada 18 kasus, Mei ada 11 kasus, Juni ada 10 kasus, Juli ada 18 kasus dan Agustus ada 13 kasus.
“Sedang pada rentang usia 60 tahun atau ke atas, hingga Agustus kemarin ditemukan 7 kasus. Pada Januari 1 kasus, April 2 kasus, Mei 1 kasus, dan Agustus 3 kasus,” paparnya.
Melihat kondisi tersebut, Eni menekankan bahwa perlu adanya perhatian khusus untuk meminimalkan angka kasus ODHIV di Kudus, diantaranya melalui edukasi dan kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dini.
Eni menegaskan bahwa pemeriksaan tersebut penting untuk mendeteksi awal gejala maupun keberadaan kasus HIV. Terutama, bagi mereka yang berada dalam kelompok rentan berisiko penularan HIV.
“Pemeriksaan dan pengobatan sejak dini sangat penting agar HIV tidak berkembang menjadi AIDS dan bisa ditangani dengan baik,” pungkasnya.
Jurnalis: Nisa Hafizhotus Syarifa
Editor: Ulfa

































