JEPARA, Lingkarjateng.id – Kabupaten Jepara memiliki risiko tsunami yang rendah karena gempa bumi yang terjadi di wilayah setempat cenderung berpusat pada kedalaman yang dalam (deep focus) dan tidak berpotensi menyebabkan gelombang tinggi. Meskipun memiliki resiko bencana tsunami yang rendah, BPBD Jepara mengingatkan masyarakat untuk tetap selalu waspada.
“Bencana ditekankan pada ancaman, kerentanan, kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman dan risiko. Masyarakat yang tidak siap akan lebih rentan terhadap dampak bencana. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang mitigasi bencana juga dapat memperburuk situasi,” kata Kalakhar BPBD Jepara, Arwin Noor Isdiyanto, pada Senin, 28 Juli 2025.
Arwin pun memberikan beberapa hal yang dapat masyarakat lakukan, terutama bagi masyarakat pesisir Jepara, untuk menghadapi bencana tsunami.
Di antaranya, mengetahui tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, seperti gempa bumi dengan intensitas lama dan terasa kuat, air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain.
Masyarakat juga diimbau memantau informasi dari berbagai media resmi mengenai potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi, berpindah ke tempat yang tinggi setelah satu gempa bumi besar mengguncang, serta tetap tenang dan segera membimbing keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman.

“Namun perlu diingat tidak semua gempa bumi memicu tsunami. Jika mendengar sirine tanda bahaya atau pengumuman dari pihak berwenang mengenai bahaya tsunami, warga perlu segera menyingkir dari daerah pantai, serta memperhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang dalam proses evakuasi. Jangan kembali sebelum keadaan dinyatakan aman oleh pihak berwenang,” ungkap Arwin.
Lebih lanjut, Arwin meminta masyarakat untuk menghindari jalan melewati jembatan saat terjadi bencana tsunami.
Sementara itu, untuk masyarakat yang sedang berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, diimbau untuk tetap berlayar dan menghindari wilayah pelabuhan.
“Kami juga menganjurkan warga untuk melakukan evakuasi dengan berjalan kaki. Karena jika menggunakan kendaraan nantinya akan menyebabkan kemacetan,” ujarnya.
Arwin menambahkan, masyarakat dapat kembali ke rumahnya setelah keadaan dinyatakan aman dari pihak berwenang.
Namun, masyarakat perlu waspada dan menghindari air yang menggenang, karena Dimungkinkan terkontaminasi zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik.
“Kami juga meminta masyarakat untuk menghindari area bekas genangan untuk menghindari terperosok atau terjebak dalam kubang, dan berhati-hati saat memasuki rumah karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat, seperti pada fondasi, serta membuang makanan yang terkontaminasi air genangan,” pungkasnya.
Jurnalis: Tomi Budianto
Editor: Rosyid
































