CILACAP, Lingkarjateng.id – Wilayah Jawa Tengah (Jateng) bagian selatan khususnya diperkirakan masih berpotensi terjadi hujan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan hujan yang masih berlangsung di musim kemarau bulan September ini dikarenakan pergerakan pola angin.
“Kondisi cuaca dalam lima hari ke depan secara umum cerah berawan dan potensi hujan ringan masih ada terutama di wilayah pegunungan,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Rabu, 3 September 2025.
Menurut dia, pola angin di wilayah Jateng bagian selatan masih bergerak dari arah timur dengan kecepatan 5-50 kilometer per jam, sedangkan suhu udara berkisar 24-33 derajat Celcius dan kelembapan 58-95 persen.
Dengan demikian, kata dia, musim kemarau masih berlangsung di wilayah Jateng bagian selatan karena pola angin masih bergerak dari arah timur.
Ia mengatakan curah hujan bulan September 2025 di wilayah Jateng bagian selatan secara umum diprakirakan berkisar 101-300 milimeter, sehingga masuk kategori menengah.
“Khusus untuk Kabupaten Cilacap, curah hujan pada bulan September diprakirakan berkisar 50-200 milimeter, sedangkan di Banyumas diprakirakan berkisar 151-300 milimeter,” katanya menjelaskan.
Terkait dengan masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan di wilayah Jateng bagian selatan, dia memprakirakan hal itu akan berlangsung pada pertengahan hingga akhir September 2025.
Menurut dia, masa peralihan musim biasanya ditandai dengan kondisi cuaca yang tidak menentu seperti hujan lebat tiba-tiba, suhu udara yang sangat panas lalu tiba-tiba dingin, serta angin kencang.
“Saat masa peralihan, cuaca pada pagi hari bisa terasa cerah dan panas, lalu menjelang sore muncul awan gelap yang menyebabkan hujan disertai petir dan angin. Kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung hingga hujan es,” katanya menjelaskan.
Terkait dengan hal itu, Teguh mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, angin kencang, dan angin puting beliung saat memasuki masa peralihan.
Jurnalis: Ant
Editor: Sekar S































