Harga Cabai di Kabupaten Semarang Mahal, Produksi Seret

Salah satu lapak penjual cabai di pasar terlihat sepi, meski kondisi pasar ramai, Jumat, 10 November 2023.(Hesty Imaniar/Lingkarjateng.id)

Salah satu lapak penjual cabai di pasar terlihat sepi, meski kondisi pasar ramai, Jumat, 10 November 2023.(Hesty Imaniar/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Beberapa kurun waktu ini banyak masyarakat dari berbagai wilayah, termasuk diantaranya Kabupaten Semarang yang mengeluhkan mahalnya harga cabai.

Seperti di pasar tradisional Bandarjo yang ada di Kabupaten Semarang, diketahui harga cabai tembus di angka Rp 80 sampai dengan Rp 91 ribu per kilogramnya.

Petani cabai asal Desa Geblog, Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Semarang, Anthony Cahyono (43) mengungkapkan, kenaikan harga cabai di pasaran lantaran produksi yang menurun drastis.

“Penyebab harga cabai mahal itu karena produktifitasnya turun drastis. Bahkan, kami terancam gagal panen, karena pohon-pohon cabai di sini semuanya mengering,” ujarnya, Jumat, 10 November 2023.

Lebih lanjut, Anthony mengatakan kemarau panjang sangat berdampak pada tanaman cabainya. Bahkan, kondisi pohonnya memprihatinkan, daunnya berwarna kuning dan layu.

“Kering itu karena kemaraunya panjang. Itu yang bikin pohon cabai kering, dan tidak bisa menghasilkan cabai yang maksimal,” sebutnya.

Oleh sebab itu, Anthony mengaku harus menaikkan harga cabai menjadi Rp 65 hingga Rp 70 ribu per kilogram.

“Saat saya antar ke pasar-pasar saya jualnya di harga tersebut, Rp 65 sampai Rp 70 ribu per kilogramnya. Kalau sebelumnya, harga normal itu di angka Rp 25 sampai Rp 30 ribu,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Moh Edy Soekarno melalui Kepala Bidang (Kabid) Pangan Dispertanikap, Lendi Ageng Kurnia membenarkan bahwa kenaikan harga cabai saat ini tembus hingga 40 persen. Hal tersebut lantaran masih minimnya intensitas hujan di wilayah Kabupaten Semarang.

“Hal ini terjadi sejak akhir Oktober 2023. Dalam satu kali musim tanam, biasanya bisa panen 15 kali, ini berkurang hanya delapan kali petik saja,” jelas Lendi. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version