Hardiknas 2024, Ratusan Sekolah di Kota Semarang Ikuti Lomba Numerasi

BERKELOMPOK: Salah satu regu yang ikut lomba numerasi tengah mengukur kemiringan tangga, kemarin. (Rizky Syahrul Al-Fath/Lingkarjateng.id)

BERKELOMPOK: Salah satu regu yang ikut lomba numerasi tengah mengukur kemiringan tangga, kemarin. (Rizky Syahrul Al-Fath/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang menggelar lomba matematika. Yakni lomba numerasi berbasis aplikasi Math City Map (MCM), diikuti siswa SD-SMP se-Kota Semarang. Lomba ini dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024.

Plt MGMP Matematika SMP Kota Semarang, Tri Mulyono menuturkan, lomba ini bertujuan mengajarkan anak agar lebih paham dan bisa menggunakan berbagai macam angka dan simbol pada matematika dasar.

Juga menganalisis informasi dalam berbagai bentuk untuk memecahkan masalah praktis di keseharian.

“Kali ini kita akan mengkampanyekan atau mengekspresikan kemampuan anak-anak dalam Numerasi, bagaimana anak-anak itu tidak hanya belajar di sekolah secara teori namun juga mengekspresikan bangun-bangun atau mengukur apa yang mereka temui di tempat yang kita lombakan ini sehingga mereka punya pengalaman,” terang Tri di Gedung TBRS Kota Semarang, kemarin.

Nantinya siswa harus menghitung benda-benda yang telah terdaftar di MCM. Bendanya pun beragam. terdapat pula rute yang telah disiapkan untuk menghitung benda.

Untuk tingkat SMP disediakan tiga rute, dan SD dua rute. Masing-masing rute, siswa menyelesaikan lima tugas berbentuk obyek.

Siswa, lanjutnya, akan menyelesaikan penghitungan obyek-obyek di tempat yang telah ditentukan. “Jadi siapa paling cepat nantinya akan memenangkan juara dari mulai juara 1-3,” ungkapnya.

Dalam lomba ini, sebanyak 159 sekolah atau regu ikut memeriahkan. Masing-masing regu terdiri dari tiga anggota. Jika ditotal, ada 477 peserta yang ikut. Sesuai dengan Hari Ulang Tahun Kota Semarang.

Sementara salah satu peserta dari SDN 1 Kalibanteng, Andre mengaku kesusahan menganalisis ukuran menggunakan angka.

“Kami menghitung mulai dari luas lantai, lingkaran, dan menghitung pot. Sangat susah walaupun sebelumnya sudah diajari, tapi saat prakteknya beda,” katanya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version