KOTA PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan semakin intensif mengajak calon pengantin (catin) untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah sebagai upaya preventif mengatasi kasus stunting. Upaya ini disertai dengan penggunaan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) yang dirancang untuk memantau dan memberikan edukasi seputar kesiapan menikah dan program hamil.
Wakil Walikota Pekalongan, Salahudin, menegaskan pentingnya pemeriksaan kesehatan pranikah dalam kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting Semester I 2024 di Ruang Jlamprang Setda Kota Pekalongan, Senin, 1 Juli 2024. Menurutnya, hasil pemeriksaan ini akan dimasukkan ke dalam aplikasi Elsimil untuk mendeteksi potensi stunting sejak dini.
“Pencegahan stunting harus dilakukan sebelum menikah melalui pemeriksaan kesehatan. Jika ditemukan kondisi patologis, perlu waktu sekitar tiga bulan untuk memperbaikinya,” ujarnya.
Data dari Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 menunjukkan prevalensi stunting di Kota Pekalongan mencapai 28,2 persen, naik 5,1 persen dari tahun sebelumnya.
Meskipun pengukuran balita menunjukkan penurunan angka stunting, audit di delapan kelurahan menunjukkan adanya pasangan usia subur yang belum memiliki anak karena kadar hemoglobin (Hb) rendah. Kadar Hb yang rendah meningkatkan risiko pendarahan dan berat badan lahir rendah, yang semuanya berkontribusi terhadap stunting.
Salahudin juga menyampaikan, sesuai Surat Edaran Walikota, calon pengantin wajib memeriksakan kesehatan sebelum menikah.
“Selama ini, kesadaran catin untuk pemeriksaan kesehatan pranikah belum mencapai 70 persen. Sebagian terkendala biaya sekitar Rp70 ribu. Padahal, melahirkan generasi penerus yang berkualitas lebih berharga dibanding biaya tersebut,” tegasnya.
Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P2KB) Kota Pekalongan, Yos Rosyidi, menambahkan bahwa audit stunting ini adalah amanat Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kasus stunting secara detail dan menjadi upaya pencegahan stunting baru.
Dalam kegiatan ini, diambil sampel dua orang catin dengan anemia dan lingkar lengan atas (LILA) di bawah standar. Selain itu, diambil juga sampel dua ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) serta sampel ibu pasca melahirkan dan baduta stunting.
Yos menjelaskan, para ahli kesehatan, termasuk dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) serta dokter spesialis anak, dihadirkan untuk menganalisis dan memberikan penanganan terhadap kasus-kasus stunting.
“Dari hasil analisis, OPD terkait harus segera menindaklanjuti rekomendasi yang disarankan oleh dokter,” pungkasnya. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Lingkarjateng.id)