PATI, Lingkarjateng.id – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Pati pada awal musim penghujan ini meningkat. Masyarakat pun diimbau untuk lebih giat melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati menyebutkan bahwa kasus DBD pada 2024 ini mencapai 606 dengan korban meninggal dunia sebanyak 4 orang.
Terbaru, pada tanggal 1-15 Desember 2024, kasus DBD di Kabupaten Pati mencapai 19 kasus. Sedangkan, pada Agustus 2024, DBD di Kabupaten Pati mencapai 31 kasus, September 37 kasus, Oktober 45 kasus, dan November sebanyak 42 kasus.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Pati, Salis Diah Rahmawati, mengatakan bahwa dari data tersebut kasus DBD dapat dinyatakan meningkat jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Ini ‘kan yang sudah fiks DB ‘kan sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium, yang lain masih suspek. Sampai Desember ini sudah 19, minggu kedua tanggal 15. Meningkat, biasanya kita melihat pada suspek,” ujarnya pada Senin, 16 Desember 2024.
Meningkatnya kasus DBD di Pati, lanjut dia, disebabkan oleh cuaca saat ini yang tengah memasuki musim penghujan. Faktor tersebut juga diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pencegahan yakni dengan gerakan PSN.
“Ada dua faktor, cuaca, kesadaran juga iya. Biasanya akhir tahun itu naik, apalagi kalau cuaca seperti ini itu biasanya trennya naik,” paparnya.
Salis menyebut, kasus DBD di Kabupaten Pati didominasi oleh anak-anak di bawah 18 tahun. Mereka rentan terserang DBD lantaran daya tahan tubuhnya masih rendah dan sering beraktivitas di lingkungan yang menjadi sarang nyamuk.
“Kalau dari usia kebanyakan anak-anak. Mungkin daya tubuh rendah, sama mobilitas tinggi, sering main di karangan. Tapi tidak menuntut kemungkinan orang dewasa terkena,” jelasnya.
Menurutnya, wilayah yang sering terjadi kasus DBD dengan jumlah banyak di Kabupaten Pati yakni Kecamatan Margoyoso dan Trangkil. Baru-baru ini, Kecamatan Tambakromo juga mengalami peningkatan kasus DBD yang signifikan.
“Yang paling tinggi biasanya kalau ndak Margoyoso, Trangkil, dari tahun ke tahun. Cuma akhir tahun yang sedang meningkat itu Tambakromo, suspeknya meningkat,” ucapnya.
Untuk mengatasi kasus DBD, pihaknya mengimbau masyarakat agar melakukan PSN secara rutin. Pemberian abate juga dilakukan oleh puskesmas ke lokasi-lokasi yang menjadi sarang nyamuk. Selain itu, pihaknya juga melakukan fogging dengan berfokus pada wilayah dengan kasus yg memenuhi syarat serta berpotensi sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Lebih lanjut, Salis juga mengungkapkan bahwa angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Pati pada tahun 2024 masih berada di bawah target.
Menurutnya, capaian ABJ pada 2024 masih sebesar 86 persen. Angka tersebut belum mencapai target yang telah ditentukan yakni sebesar 95 persen.
“ABJ kita 86 persen, targetnya minimal 95 persen. Artinya ‘kan kita masih kurang 9 persen,” ujarnya.
Meskipun hanya terpaut 9 persen, ia mengaku untuk mencapai target tersebut bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, persentase ABJ tersebut mencakup di seluruh wilayah Kabupaten Pati.
“Nah 9 persen itu sebenarnya angka kecil. Tapi untuk mencapainya sangat sulit. Karena ‘kan itu seluruh Kabupaten Pati. Jadi misalnya 95 persen itu gini, ketika ada 20 rumah yang diperiksa, yang boleh ada jentiknya hanya ada 1 itu 95 persen,” paparnya.
Salis menyampaikan bahwa di tahun 2023 angka ABJ di Kabupaten Pati juga tidak sesuai dengan target. Menurutnya, angka ABJ di Kabupaten Pati selalu berada di bawah 90 persen.
“Kita belum pernah mencapai 95 itu. Kita paling di bawah 90, di atas 85. Kita hampir sama setiap tahun segitu,” ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan menginstruksikan puskesmas di seluruh Kabupaten Pati untuk terjun langsung memberi contoh kepada masyarakat dalam membasmi nyamuk aedes aegypti beserta jentik-jentiknya.
“Jadi mereka ikut turun ke masyarakat langsung. Jangan cuma woro-woro, jangan cuma membuat selebaran, masyarakat tidak paham apa sih ini yang diminta. Yang kami inginkan mereka terjun ke masyarakat,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)