Fogging Dinilai Sangat Tak Efektif, Warga Diimbau Galakkan PSN Berantas DBD di Pati

Fogging Dinilai Sangat Tak Efektif Masyarakat Diimbau Galakkan PSN Berantas DBD di Pati

DOKUMENTASI: Penyemprotan fogging untuk memberantas nyamuk DBD tahun lalu. (Dok. Dinkes Pati for Lingkar/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati menyebut pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pengasapan atau fogging dinilai sangat tidak efektif. Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Pati Joko Leksono baru-baru ini.

Memasuki musim hujan, Dinkes Pati mengingatkan masyarakat untuk menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dengan cara tersebut, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tidak perlu lagi dilakukan dengan fogging. Sejauh ini telah terjadi 411 kasus DBD di Pati.

“Musim hujan menjadikan beberapa tempat semakin lembab. Tempat yang lembap itu dikhawatirkan menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk Aides Aygepti,” kata Joko Leksono.

Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk memberantas sarang nyamuk di kamar mandi dan genangan air agar tidak menjadi tempat jentik nyamuk.

“WC, bak mandi, genangan-genangan air lainnya perlu dibersihkan dengan PSN,” ungkapnya baru-baru ini.

Tiga Warga Pati Meninggal Akibat DBD, Dinkes Imbau Terapkan PSN

Menurutnya, pemberantasan penyakit DBD secara efektif dapat dilakukan melalui PSN. Di mana cara yang digunakan dengan memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk pembawa virus DBD. Berbeda dengan fogging yang diberantas hanya nyamuk dewasa saja. 

“Langkah utama PSN, karena fogging sangat tidak efektif,” tuturnya. 

Selain tidak efektif, lanjut dia, penggunaan fogging juga menghabiskan biaya operasional yang mahal, tenaga ahli dari Dinkes yang terbatas, dan pencemaran udara, terutama jika menggunakan malation di sembarang tempat.

Pasalnya, penggunaan malation dapat mengakibatkan gangguan kesehatan baik bagi manusia maupun hewan peliharaan yang menghisap zat beracun tersebut.

“Fogging memiliki banyak kekurangan yaitu biaya operasional yang mahal. Satu titik biayanya Rp 2,7 juta. Jika dua titik maka biayanya bisa mencapai Rp 5,4 juta. Perlu tenaga khusus yang terlatih, kami ada tiga tim,” ungkapnya.

Bahan yang digunakan, kata dia, ada malation yang bersifat insect yang dicampur solar untuk memunculkan pengasapan bertekanan tinggi.

“Perlu pertimbangan untuk menggunakannya karena bersifat membunuh hewan, bisa-bisa bahaya jika ada hewan peliharaan di sekitar,” tuturnya.

Ia berpesan agar masyarakat tidak bergantung dengan fogging dalam memberantas penyakit DBD di Pati. Namun masyarakat diimbau secara mandiri aktif melakukan PSN 3M-plus yakni Menguras, Menutup, Mengubur plus tidak menggantung pakaian, membubuhkan larvasida dan memelihara ikan di tampungan air, serta memakai lotion anti nyamuk dan tidur menggunakan kelambu.

“Penyakit DBD khusus dari Aides Aygepti kita tidak bisa andalkan lagi fogging, kecuali darurat. Menerapkan PSN akan memutus rantai siklus nyamuk DBD, sehingga nyamuk tidak bertelur lagi karena induk nyamuk sudah kita berantas, terlebih jika menerapkan PSN secara serentak,” pungkasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)

Exit mobile version