Dosen asal Pati Ini Tetap Dapat Layanan JKN-KIS Meski di Luar Kota

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri Walisongo Semarang, Dina Nilna Khusna (24), menunjukkan kartu JKN-KIS dan Mobile JKN. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri Walisongo Semarang, Dina Nilna Khusna (24), menunjukkan kartu JKN-KIS dan Mobile JKN. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id Seorang Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Negeri Walisongo Semarang, Dina Nilna Khusna (24), menyatakan kebanggaannya menjadi bagian dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ia tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan meskipun berada di luar kota.

Dosen muda asal Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati itu terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Puskesmas Sukolilo 1. Namun, untuk menjalani profesinya sebagai dosen, ia pun berdomisili di Kecamatan Ngaliyan, Semarang.

Meskipun kepesertaan JKN-KIS masih di Pati, ia tetap mendapatkan layanan kesehatan yang sama meskipun berobat tidak di FKTP dimana ia terdaftar. Hal itu diungkapkan Dina saat mengalami pendarahan dan berobat menggunakan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Semarang.

“Paling bermanfaat itu pas waktu pernah buang air besar keluar darah. Habis itu periksa ke rumah sakit, takut kalau habis biaya banyak. Alhamdulilah ditanya sama dokternya punya BPJS terus tak sodorkan KIS itu. Alhamdulilah masih aktif dan gratis,” ujarnya Minggu, 30 Juni 2024.

Dina mengungkapkan sudah menjadi peserta JKN-KIS sejak masih duduk di bangku SMA. Ia pun pernah menggunakan JKN-KIS untuk memeriksakan kesehatan di Puskesmas Sukolilo 1.

“Kalau BPJS dulu dibuat periksa waktu demam dan periksa ke poli gigi. Periksa gigi waktu itu sakit gigi, terus periksa ke puskesmas terdekat,” jelasnya. 

Saat di kampus, Dina juga aktif mengajak mahasiswa yang belum menjadi peserta program JKN untuk mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan setempat. Dengan terdaftar di Program JKN kesehatan mahasiswa akan lebih terjamin. 

Terlebih, lanjut Dina, mayoritas mahasiswa adalah anak rantau yang jauh dari keluarga. Jika mengalami gangguan kesehatan, tentunya layanan kesehatan yang ia dapatkan tak semudah saat di rumah.

“Karena ketika sakit tidak semua mahasiswa dapat dirawat orang tuanya. Dengan adanya program BPJS bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai meskipun jauh dari orang tua. program BPJS ini dapat membantu memudahkan mereka dari segi biaya dan juga fasilitasnya,” ucapnya.

Dina berharap, masyarakat khususnya mahasiswa yang belum terdaftar di program JKN semakin sadar akan pentingnya jaminan kesehatan. Mengingat, kapanpun dan dimanapun saja gangguan bisa menyerang. 

“Mahasiswa harus lebih sadar pentingnya fasilitas kesehatan untuk menunjang masa pendidikan mereka. Jika badan sehat maka proses belajar di perguruan tinggi juga tidak akan mengalami gangguan,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version