Diduga Jual-Beli Jabatan Perades, Rumah Kades Tawangharjo Pati Digeruduk Warga

Ratusan warga Dusun Tapen, Desa Tawangharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, mendatangi rumah kepala desa setempat untuk meminta penjelasan terkait adanya dugaan praktik jual-beli jabatan dalam seleksi perades pada Rabu malam, 6 November 2024. (Arif Febriyanto/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Ratusan warga Desa Tawangharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, menggeruduk rumah kepala desa (kades) setempat yang diduga melakukan praktik jual beli jabatan dalam pengisian perangkat desa (perades) pada Rabu malam, 6 November 2024.

Warga menuding Kades Tawangharjo, Sudarmono, telah memberikan sejumlah uang kepada perades terpilih pada jabatan Kepala Dusun (Kadus) Tapen untuk mengundurkan diri dan digantikan dengan calon yang lain.

Wakhid selaku perwakilan warga, mengungkapkan bahwa Kadus (Kamituo) Tapen terpilih atas nama Slamet Riyadi sejatinya lolos seleksi dengan nilai ujian 72,7.

Hanya saja, warga mendapatkan informasi bahwa Slamet Riyadi diminta untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut untuk kemudian digantikan oleh calon lain. Warga yang murka atas kabar tersebut kemudian beramai-ramai mendatangi rumah Kades Sudarmono untuk meminta penjelasan.

“Kita datang ke sini, karena tadi habis mendengar dan telepon semua warga Tapen, kalau Mas Selamet sudah jadi Kamituwo (Kadus). Sudah ada pengumuman resmi di balai desa, tapi kenapa kok mengembalikan diri. Apa alasannya? Apakah ada yang memaksa di belakang ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Slamet Riyadi selaku Kadus Tapen terpilih, mengaku bahwa sebelumnya dirinya ditemui oleh tiga kades, masing-masing Kades Tawangharjo, Kades Kepoh, dan Kades Jatimulyo di suatu tempat.

Dari pertemuan tersebut, Slamet mengaku ditawari uang sebesar Rp 200 juta untuk mengundurkan diri sebagai Kadus Tapen terpilih untuk digantikan oleh calon lain.

“Siangnya pas saya kerja, di telepon Kepala Desa Sudarmono, tanya keberadaan saya. Saya menjawab lagi kerja. Kemudian Kepala Desa bilang kalau sudah ada di depan pabrik saya bekerja ingin ketemu. Kemudian kami bertemu di sebuah kafe dekat pabrik tempat saya kerja. Saat bertemu itulah saya diminta untuk mengundurkan diri dan akan diberi uang Rp 200 juta, tetapi saya tidak mau,” katanya.

Selain dijanjikan uang, Slamet juga mengaku diminta untuk menandatangani surat pengunduran diri di atas materai. Hanya saja, ia dengan tegas menolak tawaran tersebut.

Dari pantauan di lokasi pada Kamis pagi, 7 November 2024, sejumlah warga masih menunggui rumah Kades Sudarmono untuk mendapatkan jawaban atas persoalan tersebut. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version