PATI, Lingkarjateng.id – Kerusakan pada 2 rumah dan 11 ruko di Dukuh Guyangan, Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pati, pada Sabtu malam, 7 September 2024, dipastikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati bukan karena adanya gempa.
Kepala BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya, mengatakan bahwa keretakan tanah yang terjadi di Desa Purworejo tersebut akibat aktivitas alat berat yang sedang melakukan normalisasi dan pembuatan tanggul Sungai Silugonggo.
“Ada kesamaan dengan kejadian di Pulau Seprapat Juwana. Dua kejadian itu tidak bersamaan dengan gempa yang terjadi di Gianyar, Bali, dan Sukabumi, Jawa Barat,” ungkapnya pada Minggu, 8 September 2024.
Pihaknya memastikan kerusakan sejumlah bangunan itu diakibatkan alat berat yang dipengaruhi oleh menyusutnya debit sungai. Sehingga, kata dia, terjadi pergerakan tanah di bantaran sungai.
“Kondisi sungai semakin surut. Artinya daya ikat tanah berkurang, mungkin harus diteliti lagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Purworejo, Duwi Sumaryono, membenarkan fenomena pergerakan tanah yang terjadi di wilayahnya tersebut. Ia mengungkapkan bahwa dua rumah yang menjadi korban adalah milik Sumadi (37) dan Budi (35).
Menurutnya, warga sudah merasakan adanya pergerakan tanah mulai hari Jumat dan baru berdampak pada Sabtu malam, dengan panjang keretakan tanah sepanjang kurang lebih 400 meter.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pemilik rumah sudah mengosongkan isi bangunan yang ditandai dengan garis berwarna kuning. Pihaknya selaku pemerintah desa juga telah melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), DPUTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang), BPBD, serta PT WIKA selaku pelaksana proyek.
“Awalnya warga merasakan adanya getaran tanah. Ketika dicek, ternyata ada retakan di tanah yang sudah menjalar ke dinding rumah. Harapan dari pihak terkait segera membantu dari adanya bencana ini,” tutup Kades Duwi. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)