Embung Dinilai Jadi Alternatif Atasi Bencana Tahunan di Kaliwungu Kudus

Embung Dinilai Jadi Alternatif Atasi Bencana Tahunan di Kaliwungu Kudus

ILUSTRASI: Warga Kecamatan Kaliwungu menerima bantuan air bersih akibat terdampak kekeringan, baru-baru ini. (Nisa Hafizhotus Syarifa/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id Kecamatan Kaliwungu menjadi daerah di Kabupaten Kudus yang seringkali mengalami bencana tahunan, yakni banjir dan kekeringan. Bahkan, saat ini sejumlah desa di Kecamatan Kaliwungu masih terdampak kekeringan akibat kemarau panjang.

Desa-desa di Kecamatan Kaliwungu yang masih terdampak kekeringan yaitu Desa Mijen, Desa Papringan, Desa Kedungdowo, Desa Setrokalangan, dan Desa Gamong.

Camat Kaliwungu Satria Agus Hermawan saat dihubungi di Kudus menyampaikan bahwa, perlu ada solusi jangka panjang agar bencana tahunan ini tidak terus terjadi di wilayahnya. Mengingat, jika musim kemarau beberapa desa mengalami kekeringan, sedangkan saat musim hujan diterjang banjir.

Kemarau Belum Berakhir, 8 Desa di Kudus Masih Dilanda Kekeringan

Menurutnya, embung atau waduk bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah tahunan di sejumlah desa tersebut. Sehingga, masyarakat tidak hanya terus menerima bantuan saja jika terjadi bencana.

“Kalau menurut saya memang harus dibuat semacam waduk. Jadi kalau musim hujan bisa sebagai tampungan air, dan kalau di musim kemarau ini bisa menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat,” jelasnya.

Ia menyebut, pembangunan embung di Kecamatan Kaliwungu ini sebenarnya sudah sering dibahas oleh pemerintah, baik dari pemerintah kabupaten maupun pusat.

Kekeringan di Kudus Meluas, 5 Desa Terdampak

“Tapi ‘kan itu juga butuh dana yang cukup besar, yang mungkin perlu anggaran dari APBN juga. Jadi tidak mudah merealisasikan ini,” ucapnya.

Ia menambahkan, embung bukan menjadi satu-satunya solusi mengatasi bencana tahunan itu. Untuk permasalahan kekeringan misalnya, Satria berharap pemerintah desa bisa membangun jaringan Pamsimas.

“Sehingga saat kemarau tiba, tidak akan terlalu terdampak kekeringan. Tidak hanya tiap tahun kemudian ada droping air bersih. Harapan kami pemerintah desa juga ikut mengkaji terkait kondisi geografis yang ada di masing-masing desa apakah perlu pamsimas atau tidak,” tuturnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)

Exit mobile version