KUDUS, Lingkarjateng.id – Normalisasi Sungai Wulan sepanjang 30 kilometer yang diproyeksikan bisa menangani permasalahan banjir di wilayah Kudus, Demak, dan sekitarnya sudah dimulai sejak 2024 lalu. Akan tetapi, hingga awal tahun 2025 ini proyek tersebut baru berjalan sekitar 4 persen.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Fikri Abdurrochman, melaporkan bahwa progres pengerjaan proyek baru mencapai 4 persen dari total pekerjaan. Ia menyebut, dalam proyek itu terdapat dua titik pengerjaan yang sedang dalam proses.
“Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sungai agar dapat mengurangi risiko banjir di wilayah Kudus, Demak, dan sekitarnya,” ucapnya usai mendampingi Penjabat (Pj) Gubernur Jawa, Tengah Nana Sudjana, meninjau perkembangan proyek normalisasi dan peninggian tanggul Sungai Wulan di Dukuh Goleng, Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kamis, 6 Februari 2025.
Fikri mengungkapkan bahwa proyek normalisasi Sungai Wulan dengan anggaran sebesar Rp 1,1 triliun tersebut dikerjakan mulai tahun 2024 hingga 2026 mendatang.
“Dari 30 km normalisasi tersebut, terbagi menjadi tiga paket pekerjaan dengan panjang masing-masing paket berbeda-beda, termasuk anggarannya,” ujarnya.
Dukungan anggaran untuk normalisasinya, kata dia, tahun jamak, sehingga tahun depan juga menunggu dukungan anggaran dari pusat.
Berdasarkan data dari BBWS Pemali Juana, untuk paket 1 panjang alur Sungai Wulan yang dinormalisasi 16,95 kilometer dengan anggaran Rp 380,74 miliar, paket 2 dengan panjang 6,9 km dengan anggaran Rp 297,8 miliar, dan paket 3 memiliki panjang alur sungai 6,5 km dengan anggaran Rp 410,67 miliar.
Ia menjelaskan bahwa dalam normalisasi itu, kapasitas Sungai Wulan yang semula hanya mampu menampung 700 meter kubik per detik akan ditingkatkan menjadi 1.300 meter kubik per detik. Pasalnya, kata dia, salah satu penyebab utama banjir bukan hanya curah hujan tinggi, tetapi juga keterbatasan daya tampung sungai.
“Kita tidak bisa selalu menyalahkan hujan. Masalahnya ada di kapasitas sungai yang kurang memadai. Dengan proyek normalisasi ini, air bisa mengalir lebih lancar, sehingga tidak terjadi tanggul jebol seperti tahun lalu,” jelasnya.
Normalisasi Sungai Wulan, kata Fikri, diharapkan bisa berdampak signifikan dalam mengurangi risiko banjir.
“Sungai Wulan adalah saluran utama pembuangan air, jadi proyek ini sangat penting. Kami berharap efeknya bisa dirasakan secara luas,” tambahnya.
Namun, ia mengakui bahwa ada beberapa tantangan dalam pengerjaan proyek ini, termasuk permasalahan sampah dan sedimentasi.
“Banjir memang terjadi setiap tahun, dan kemarin sempat ada genangan. Salah satu penyebabnya adalah sampah yang menyumbat aliran sungai. Ini masalah besar yang perlu ditangani bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha,” tegasnya.
Sebagai langkah darurat, pihaknya juga telah menggunakan pancang bambu di beberapa titik rawan untuk memperkuat tanggul sementara.
“Ini hanya solusi sementara. Nantinya, akan ada penanganan permanen agar tanggul lebih kuat dan tahan lama,” pungkasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus S. – Lingkarjateng.id)