Pemkab Jepara akan Realisasikan Pelabuhan Ekspor Seperti Era Ratu Kalinyamat

MENYAMPAIKAN SAMBUTAN: Sekda Jepara, Edy Sujatmiko, dalam Dialog Budaya “Ratu Kalinyamat: Sejarah, Gagasan, dan Perjuangannya dari Jepara untuk Indonesia” di Aula Sultan Hadlirin Gedung OPD Bersama Kabupaten Jepara pada Sabtu, 16 Desember 2023. (Dok. Humas Pemkab Jepara)

MENYAMPAIKAN SAMBUTAN: Sekda Jepara, Edy Sujatmiko, dalam Dialog Budaya “Ratu Kalinyamat: Sejarah, Gagasan, dan Perjuangannya dari Jepara untuk Indonesia” di Aula Sultan Hadlirin Gedung OPD Bersama Kabupaten Jepara pada Sabtu, 16 Desember 2023. (Dok. Humas Pemkab Jepara)

JEPARA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten Jepara akan mengerjakan megaproyek pembangunan pelabuhan ekspor. Hal ini untuk mengembalikan kejayaan pelabuhan ekspor seperti era Ratu Kalinyamat. Proyek ini didukung dengan pembangunan jalan yang saat ini memasuki tahapan pra-feasibility study (FS).

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Jepara, Edy Sujatmiko, mengatakan bahwa pasca penetapan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional, mimpi besar yang akan diwujudkan bersama adalah menjadikan Jepara sebagai kota perdagangan ekspor yang memiliki pelabuhan sendiri. 

“Berikutnya kita memperjuangkan Jepara sebagai kota perdagangan yang memiliki pelabuhan sendiri. Status kota perdagangan dunia sudah. Karena ekspor furnitur kita telah menjangkau 160-an negara di berbagai belahan dunia. Tapi pelabuhan ekspor di Jepara, kan, belum,” kata Sekda Edy dalam Dialog Budaya “Ratu Kalinyamat: Sejarah, Gagasan, dan Perjuangannya dari Jepara untuk Indonesia” di Aula Sultan Hadlirin Gedung OPD Bersama Kabupaten Jepara pada Sabtu, 16 Desember 2023. 

Sekda Edy menyebutkan, dalam satu tahun kalender jumlah importir furniture Jepara bisa lebih dari 100 negara.   

Menurutnya, meski prosesnya masih panjang namun rencana induk pembangunan pelabuhan telah mencantumkan keberadaan pelabuhan internasional di Kabupaten Jepara. Pelabuhan itu sangat dibutuhkan para pengekspor dari Jepara. Jumlahnya sekitar 200 eksportir, mayoritas produk furniture dan ukir. 

Jalan tol ke Jepara yang sangat dibutuhkan untuk mendukung realisasi megaproyek ini,  kata Sekda Edy, telah masuk dalam rencana tata ruang. Tahun ini, rencana itu sudah sampai pada tahap pra-feasibility study, yaitu studi analisis untuk mengukur dan mengevaluasi kelayakan proyek. 

“Tahun depan jadi FS,” imbuhnya.

Dalam perkiraan saat ini, biaya pembangunan jalan tol itu mencapai Rp16 triliun dan butuh sekitar Rp300 miliar per kilometer.

Dia menjelaskan, pada masa Ratu Kalinyamat abad XVI, pelabuhan Jepara merupakan pelabuhan ekspor beras paling penting. Lalu lintas perdagangan rempah-rempah dan berbagai produk yang begitu pesat menjadikan pelabuhan Jepara memiliki industri galangan kapal terbesar dan terbaik di Asia Tenggara. Ratu Kalinyamat juga memiliki armada maritim yang kuat sehingga bisa setidaknya melakukan tiga kali serangan kepada Portugis di Malaka, dan sekali ke Teluk Ambon. Serangan tahun 1574 ke Malaka bahkan melibatkan 15 ribu prajurit. 

Sementara itu terkait tindak lanjut gelar pahlawan nasional untuk Ratu Kalinyamat, Sekda Edy meminta para guru dan praktisi literasi bersama-sama meluruskan sejarah Ratu Kalinyamat yang bersumber dari cerita tutur dan pakem pentas budaya tradisional. Karena itu dia menyambut baik dialog budaya tersebut, yang menghadirkan pembicara Prof. Dr. Alamsyah, S.S., M.Hum., guru besar dan dosen Universitas Diponegoro yang terlibat langsung dalam pengusulan gelar pahlawan nasional. 

Kegiatan itu juga diisi dengan peluncuran tembang macapat Dhandhanggula Natakusuman laras slendro pathet sanga (baca: dandanggulo notokusuman laras slendro patet songo) berjudul Kalinyamat Pahlawan Nuswantara karya salah satu guru SD di Jepara, Sarwijiyanti.

Selain itu juga dilakukan pengenalan kesenian yang diberi nama thoyang (kethoprak wayang) oleh Sapto Heru Ananto. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version