2 Tradisi Masyarakat Karanganyar Ditetapkan Jadi WBTB

Mondosiyo Pancot merupakan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh warga Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu

WARISAN: Mondosiyo Pancot merupakan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh warga Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu.

KARANGANYAR – Lingkarjateng.id, Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi menetapkan tradisi Dhukutan dan Mondosiyo Pancot yang digelar masyarakat Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar secara turun temurun sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) nasional 2021. Tradisi Dhukutan merupakan tradisi sedekah bumi yang dilangsungkan masyarakat Kelurahan Nglurah Kecamatan Tawangmangu sebagai simbol kerukunan warga sekitar.

Sementara itu, tradisi Mondosiyo Pancot merupakan tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh warga Pancot Kelurahan Kalisoro Kecamatan Tawangmangu. Keunikan tradisi Mondosiyo Pancot adalah prosesi menangkap ayam beramai-ramai oleh masyarakat.

Kasi Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar, Hastutiningdiyah Wijayatmi menyampaikan, sidang penetapan dua tradisi yang ada di Kabupaten Karanganyar tersebut telah digelar pada Jumat pekan lalu. “Penetapan dilakukan Jumat (29/10/) secara daring via zoom. Alhamdulillah tradisi Mondosiyo Pancot dan Dhukutan dari Karanganyar berhasil ditetapkan sebagai WBTB Indonesia 2021,” kata Hastuti Kamis (4/11).

Sebetulnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Karanganyar mengusulkan tiga tradisi yakni Mondosiyo Pancot, Dhukutan dan Batik Girilayu agar bisa menjadi WBTB nasional. Namun dari tiga tradisi tersebut hanya dua yang ditetapkan oleh Kemendikbud sebagai WBTB tingkat nasional tahun ini.

“Batik Girilayu belum karena perlu referensi lebih banyak lagi,” ucap Hastuti.

Setelah tahap penetapan Mondosiyo Pancot dan Dhukutan sebagai WBTB, selanjutnya dinas masih menunggu penyerahan sertifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan ditetapkannya tradisi Dhukutan serta Mondosiyo Pancot sebagai WBTB nasional, Hastuti berharap tradisi tersebut terus dilestarikan oleh generasi selanjutnya.

“Tinggal menunggu ada sertifikat dari kementerian, entah nanti diserahkan lewat provinsi apa langsung, kita masih menunggu,” kata Hastuti  (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)

Exit mobile version