SEMARANG, Lingkarjateng.id – Perum Bulog menargetkan dapat menyerap hasil panen padi dari petani di Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 532.479 ton.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Jawa Tengah, Sopran Kenedi, menyatakan bahwa Bulog Jawa Tengah ditargetkan dapat menyerap 383.144 ton hasil panen padi dari petani.
“Yang di bawah Kanwil Jogja itu targetnya 149.335 ton, jadi kuantum target Jateng dan DIY itu 532.479 ton,” jelasnya saat dihubungi via WhatsApp pada, Jumat, 7 Februari 2025.
Menurutnya, target tersebut untuk melaksanakan instruksi Presiden Prabowo terkait program swasembada pangan. Bulog diharapkan dapat membantu mewujudkan program tersebut melalui optimalisasi penyerapan pengadaan gabah dan beras dalam negeri.
“Untuk saat ini kami tengah mempersiapkan pelaksanaannya, dengan membuat tim jemput gabah, tim pengadaan yang sudah ke sentra-sentra produksi yang telah panen, melakukan komunikasi dengan petani, dan kami tentunya juga bekerja sama dengan penggilingan gabah setempat,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sopran menyatakan bahwa ia juga akan mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi terhadap petani agar pelaksanaan program ini berjalan lancar.
“Kami juga turut menjalin kerja sama dengan, BUMDes, kelompok tani, gabungan kelompok tani, perusahaan daerah, koperasi, secara simultan akan kami ajak untuk partisipasi penyerapan ini dengan baik,” tuturnya.
Selain itu, ia juga telah melakukan analisa kendala dan problematika yang akan dihadapi dengan adanya kebijakan pemerintah menentukan harga beras dan gabah.
“Kalau perusahaan ada yang membeli dengan harga tinggi dari standar yang ditentukan ini nanti juga akan jadi kendala pada serapan target, memang petani bisa merasakan hasil yang lebih baik, namun kasihan juga para penggiling lokal yang tidak akan berani mengambil harga yang terlalu tinggi,” ujarnya.
“Problemnya nanti juga bersinggungan dengan para penebas entah mengambil harga terlalu rendah atau lebih tinggi, ini juga kita harus melakukan antisipasi,” imbuhnya.
Kemudian dalam beberapa waktu ini, Jawa Tengah juga masih diancam oleh cuaca ekstrem yang dapat menjadikan panen berkurang.
“Angin dan banjir ini seringkali menjadikan gagal panen di daerah-daerah, padinya roboh kena angin kena air jadi busuk, apalagi kalau banjir, kemudian juga ancaman hama,” tandasnya.
Pemerintah sendiri menetapkan harga gabah kering sebesar Rp 6.500 dan beras Rp. 12.000. Dari penetapan harga tersebut, petani diharapkan dapat membantu pemerintah dalam program swasembada pangan.
“Jadi nanti kalau beras ada persyaratan tertentu, seperti kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 25 persen, menir maksimal 2 persen, kalau gabah semua varietas ada di angka Rp 6.500,” tuturnya.
Pihaknya berharap program penyerapan hasil padi ini dapat didukung oleh berbagai pihak, terutama dinas terkait.
“Kami juga telah berkoordinasi dengan pak Pj. Gubernur, Pangdam, kelompok tani, dan berharap dapat menyukseskan, terutama seluruh stakeholder di pemerintah daerah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)