Lalat Serang Pemukiman Warga di Grobogan hingga Bikin Siswa Alami Diare

lalat grobogan

TERPERANGAKAP: Serangan lalat ke wilayah pemukiman menyebabkan warga harus banyak memasang perangkap lalat agar tidak menghinggapi makanan. (Eko Wicaksono/Lingkarjateng.id)

GROBOGAN, Lingkartajateng.id – Pemukiman warga di Desa Sukorejo, Kecamatan Tegowanu, Grobogan, tengah menghadapi serangan ribuan lalat yang menyebabkan gangguan kesehatan, terutama bagi siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setempat. Guru dan orang tua siswa mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap kondisi ini. Sebab  mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah.

Sulasih, salah satu guru PAUD di desa tersebut, mencurigai bahwa serbuan lalat berasal dari kandang ayam yang berlokasi tidak jauh dari sekolah. “Proses belajar mengajar pun cukup terganggu, karena banyaknya lalat yang beterbangan dan menyerbu sekolah,” ujarnya.

Karena lalat yang terus menyerang, kegiatan makan bersama yang rutin dilakukan di sekolah terpaksa dihentikan sementara waktu. Guru dan siswa merasa tidak nyaman. Bahkan merasa jijik untuk makan di sekolah. Mereka takut terkena penyakit dari kuman yang dibawa oleh lalat. Beberapa siswa dilaporkan mengalami diare setelah makanan mereka dihinggapi lalat.

Kekhawatiran ini juga dirasakan oleh para orang tua. Fitria, salah satu orang tua siswa, mengaku khawatir dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh lalat dan bau menyengat dari kandang ayam di sekitar pemukiman. “Banyaknya lalat beterbangan terjadi setelah masa panen, apalagi ketika terjadi hujan, baunya lebih menyengat hingga mengundang banyak lalat,” jelas Fitria.

Warga berharap pemerintah segera bertindak dan memberikan sanksi kepada pengusaha peternakan yang dinilai abai terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Mereka juga mengeluhkan kurangnya sosialisasi terkait pendirian kandang ayam yang dekat dengan pemukiman mereka.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan, Mokamat mengatakan pihaknya akan segera mengambil tindakan  dengan menghubungi Organisasi Perangkat Daerah (OPD)  yang lain guna menyikapi hal tersebut.  “Kami sampaikan ke UPTD barat dulu, biar dicek, baru menyikapinya,” jelasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version