Stut Dihilangkan, Warga Blora Khawatir Tembok Penahan Air Sungai Bengawan Solo Ambruk

RAWAN AMBRUK: Tembok penahan aliran anak Sungai Bengawan Solo turut Tuk Buntung, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora tampak mudah ambruk karena stut dihilangkan saat normalisasi sungai. (Dok. Gnd/Lingkarjateng.id)

RAWAN AMBRUK: Tembok penahan aliran anak Sungai Bengawan Solo turut Tuk Buntung, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora tampak mudah ambruk karena stut dihilangkan saat normalisasi sungai. (Dok. Gnd/Lingkarjateng.id)

BLORA, Lingkarjateng.id – Warga kawasan anak Sungai Bengawan Solo di Tuk Buntung, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora khawatir tembok penahan aliran sungai ambruk karena penyangga tembok atau stut dihilangkan.

Menurut keterangan warga Kelurahan Cepu, Sudarto, mengatakan bahwa stut yang dipasang diantara tembok penyangga sungai itu dihilangkan saat proyek normalisasi sungai beberapa waktu lalu. Namun, saat ini stut belum dipasang kembali atau diganti yang baru.

“Stutnya dihilangkan karena saat normalisasi alat berat tidak dapat masuk ke bawah,” ujarnya.

Sudarto menjelaskan, kondisi tembok saat ini tidak kokoh setelah stut dihilangkan. Bahkan, saat didorong sedikit sudah goyah. Menurutnya, jika dibiarkan maka ketika terjadi hujan bakal menimbulkan bencana baru yakni longsor. Terlebih hasil kerukan endapan sungai dibuang di pinggir tembok.

“Kondisinya tembok sudah nyingkup begini, kalau tidak ada penahan pasti ambruk saat musim hujan datang,” ucapnya.

Ia berharap, stut atau penahan tembok anak sungai Bengawan Solo ini bisa dikembalikan secepatnya sebelum musim hujan datang. Agar rumah warga yang berada di samping kanan kiri anak sungai tidak kawatir lagi.

“Semoga cepat dikembalikan penahannya,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Blora, Surat, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan pengganti stut penahan tembok dengan penyangga. Rencananya akan dilakukan tahun ini oleh pengerja proyek.

“Ya itu akan dikembalikan lagi, tapi rencananya bukan stut tapi penyangga di bawah,” ujarnya pada Senin, 23 Oktober 2023.

Surat menerangkan, alasan stut diubah menjadi penyangga di bawah tembok agar memudahkan penanganan jika terjadi pendangkalan sungai. Sebab, pada saat adanya stut yang melintang di atas tembok, alat berat tidak dapat masuk. Sehingga terpaksa harus dihilangkan terlebih dahulu.

“Anggarannya penyangga sudah ada, akan dikerjakan tahun ini,” jelasnya. (Lingkar Network | Hanafi – Koran Lingkar)

Exit mobile version