Mengenal Sesar Aktif Pemicu Gempa Bumi, Apakah Masyarakat Perlu Khawatir?

Ilustrasi sesar aktif. (Freepik/Lingkarjateng.id)

Ilustrasi sesar aktif. (Freepik/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut aktivitas kulit bumi yang membentang di area Pati ke timur akan kembali bergerak. Diperkirakan, 14 kecamatan di Kabupaten Rembang terancam mengalami gempa tektonik dangkal dengan skala 5 hingga 8 MMI (Modified Mercally Intensity) akibat sesar Pati yang kembali aktif.

Gempa Tuban pada 14 April 2023 lalu memicu sesar Pati kembali aktif. Dampaknya, 14 kecamatan di Kabupaten Rembang berpotensi mengalami gempa. Diantaranya gempa skala 8 MMI di Sumber dan Sulang, skala 7 MMI di Bulu, Pamotan, Rembang, dan Sedan. Sedangkan skala 6 MMI di Gunem, Kaliori, Lasem, dan Panjor. Untuk skala 5 MMI berada di Kragan, Sluke, Sarang, dan Sale.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Martinus Budi Prasetya, mengungkapkan sesar Pati kembali aktif berpotensi juga pada pergerakan tanah dan alam. Apalagi sebagian wilayah Kabupaten Pati juga berada di sesar Kendeng sehingga masyarakat harus tetap waspada.

“Dengan adanya gerakan tanah yang kemarin terjadi di wilayah Tuban itu ada potensi juga pergerakan tanah juga alam terjadi di wilayah sesar Pati. Karena Pati ini juga berada di sesar Kendeng kemudian sambung terus sampai sesar Pati ke timur sampai masuk wilayah Rembang dan Tuban,” jelasnya, belum lama ini.

Martinus mengungkapkan, ancaman gempa akibat sesar Pati kembali aktif juga berpotensi dirasakan masyarakat, khususnya di Kecamatan Batangan dan Jaken karena dekat dengan wilayah Rembang.

Apa Itu Sesar Aktif?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sesar merupakan rekahan atau retakan pada kulit bumi terjadi akibat gaya endogen yang menekan dari dalam bumi atau rekahan dengan sebab pergeseran dua sisi satu terhadap satu dan lainnya.

Mengutip dari ESDM Provinsi Lampung, sesar sebagai bidang rekahan disertai adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak pergeseran tersebut bisa hanya beberapa millimeter sampai puluhan kilometger, sedangkan bidang dasarnya mulai dari yang ukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.

Secara umum, sesar dapat terbentuk karena adanya gaya pada batuan (berupa gaya menekan, menarik, maupun kombinasi keduanya) sehingga batuan tidak mampu lagi menahan gaya tersebut.

Sementara sesar yang masih aktif bergerak merupakan daerah rawan terjadi gempa bumi. Mengingat sesar atau patahan berupa area, maka biasanya sesar atau patahan disebut dengan zona sesar atau bidang sesar.

Berdasarkan arah pergerakan batuan terhadap bidang dan gaya penyebabnya, sesar diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Normal Faults

Normal faults terjadi akibat adanya gaya tekan maksimum pada arah vertical. Hal ini menyebabkan salah satu bidang batuan bergerak ke bawah mengikuti bidang besar.

2. Reverse Faults

Pada kasus reverse faults, gaya maksimum yang bekerja pada batuan berarah horizontal. Sehingga menyebabkan salah satu bagian batuan bergerak ke atas. Reverse faults sendiri biasanya terjadi pada area dimana dua lempeng tektonik bertabrakan.

3. Strike-Slip Faults

Strike-slip faults yakni bidang batuan bergerak ke arah horizontal akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Peristiwa ini bisa terjadi karena adanya gaya maksimum dan gaya minimum yang sama-sama memiliki arah horizontal.

Melansir dari Antaranews, Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir meskipun tempat tinggalnya berada di dekat sesar aktif.

“Apakah dengan tempat tinggal kita dekat sesar aktif lantas kita selalu cemas dan takut? Tidak perlu, infromasi potensi gempa harus direspon dengan langkah nyata dengan memperkuat mitigasi,” ungkapnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version