*Oleh Roshi Khoirunnisa,S.Pd, Guru BK SMP Negeri 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
KITA sebagai manusia yang dilahirkan di negara Indonesia patut bersyukur karena negara Indonesia memiliki banyak nilai-nilai karakter yang berlandaskan budaya bangsa. Lantas apa yang dimaksud dengan karakter? Menurut Prof. H. Pramula Mahrus Razzan, Lc, M.Sc, M.Th, Ph.D (dalam wikipedia), karakter adalah suatu ilmu pengetahuan yang berfungsi memperbaiki karakter manusia yang perlu ditanamkan sejak dini guna mencetak generasi berakhlak dan bermoral Pancasila yang masih dalam lingkup Revolusi Mental. Terdapat 18 nilai-nilai karakter berlandaskan budaya bangsa yang patut kita tanamkan minimal pada diri kita sendiri. Nilai-nilai karakter tersebut diantaranya: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta damai, Gemar Mambaca, Peduli Lingkungan, Peduli sosial, dan Tanggung Jawab.
Sebagai pendidik kita juga dapat menanamkan nilai-nilai karakter tersebut pada peserta didik kita. Dimana peserta didik kita saat ini tampak sekali memiliki perbedaan karakter dengan peserta didik kita ditahun-tahun sebelumnya. Dampak adanya kemajuan teknologi sangat mempengaruhi karakter dan pola pikir mereka karena tidak semua peserta didik dapat memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya. Peserta didik yang tidak dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik, seakan terkesan kurang peduli dengan lingkungan sosial maupun lingkungan sekitar. Banyak dari peserta didik yang tidak bisa lepas dari gadgetnya baik saat berkumpul dengan teman maupun saat sendirian. Bahkan tidak jarang bagi peserta didik yang sudah kecanduan gadget sering diam-diam membawa gadget ke sekolah. Padahal di sekolah-sekolah sudah banyak yang menerapkan larangan peserta didik membawa gadget ke sekolah karena akan sangat mengganggu proses pembelajaran. Tentunya ini menjadi Pekerjaan rumah (PR) bagi semua pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan gadget pada peserta didik baik orang tua di rumah, guru, dan peserta didik itu sendiri.
Di lingkungan sekolah pasti sudah sangat gencar untuk menegaskan peraturan larangan membawa gadget ke sekolah. Semua guru juga selalu mengingatkan peserta didiknya tidak terkecuali Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. Guru BK memiliki peran penting dan memiliki kesempatan besar dalam menanamkan nilai-nilai karakter berlandaskan budaya bangsa tersebut, salah satunya peduli sosial yang sudah luntur akibat adanya peserta didik yang lebih mementingkan gadgetnya dibanding dengan hubungan sosialnya. Kebanyakan dari peserta didik kumpul dengan temannya dalam satu ruangan namun mereka sibuk dengan gadgetnya masing-masing, tidak ada komunikasi interpersonal yang mereka lakukan. Itu sangat berdampak pada karakter yang akan menumpulkan kepekaan dan kepedulian pada orang lain bahkan pada diri mereka sendiri. Mereka menjadi lupa waktu, lupa makan, bahkan lupa untuk menjalankan ibadah dan lupa akan tugasnya sebagai pelajar yaitu belajar.
Peran Guru BK disini sangat besar sekali karena memiliki kesempatan untuk membimbing peserta didik melalui layanan bimbingan klasikal bagi guru BK yang masuk kelas atau yang memiliki jam masuk kelas. Guru BK dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi tentang peduli sosial tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi guru BK yang tidak memiliki jam masuk kelas bisa juga dengan membentuk bimbingan kelompok atau bahkan melalui bimbingan lintas kelas yang dapat mencakup banyak pesrta didik di sekolah. Melalui pemberian materi tentang Peduli Sosial, harapannya peserta didik dapat sedikit mengurangi penggunaan gadget dan lebih memperbanyak komunikasi dengan orang lain. Mengikuti kegiatan sosial yang bermanfaat dalam membantu keberlangsungan hidup orang yang mengalami kesulitan. Dan menjadi generasi yang maju dalam memanfaatkan gadget dengan baik dan bijak.