*Oleh: Dewi Kusumaningrum, S.Pd., Guru SDN Sukorukun, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati.
PELAJARAN Matematika identik dengan mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Pelajaran yang didominasi oleh angka, rumus dan hitung menghitung itu kerap membuat para pelajar mengerutkan dahi dan pusing saat menghadapinya. Bisa jadi pelajaran yang dianggap paling menakutkan bagi siswa.
Pemikiran awal yang seperti itulah jelas mempengaruhi terhadap penguasaan matematika seseorang karena sebelumnya sudah ada rasa takut tidak bisa memahami pelajaran matematika. Mereka sudah terlebih dahulu tidak tertarik dengan matematika sebelum mencobanya. Selain itu penampilan guru yang tegang saat mengajar matematika dan seringkali memarahi siswanya yang tidak bisa mengerjakan tugas atau soal yang diberikan juga bisa menjadi penyebab anak-anak tidak menyukai matematika.
Oleh karena itu, tugas kita sebagai pendidik yaitu memberikan pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan kepada siswa setiap proses belajarnya sehingga diharapkan siswa mempunyai sikap percaya diri terhadap kemampuan atau potensi yang dimilikinya disegala bidang baik itu pada bidang matematika atau yang lainnya.
Salah satu upaya seorang pendidik untuk memudahkan siswa dalam menerima pesan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Selain berfungsi sebagai penerima pesan, media pembelajaran juga berfungsi untuk menarik minat belajar siswa sehingga siswa menjadi lebih semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran terutama mata pelajaran matematika. Karena mata pelajaran matematika bersifat abstrak yang tidak dapat dilihat bentuk dan rupanya dan hanya angka semata maka dibutuhkan sebuah media yang bersifat kongkrit agar mudah dipahami oleh siswa sesuai perkembangan usianya seperti pada tingkat Sekolah Dasar (SD).
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) harus dibuat suasana senang, nyaman dan interaktif, agar anak-anak mau dan tertarik untuk belajar matematika. Salah satu media kongkrit yang bisa digunakan oleh siswa Sekolah Dasar (SD) adalah media PARATUNG.
PARATUNG singkatan dari Papan Operasi Hitung. Media Paratung terbuat dari bahan yang mudah ditemui, yaitu botol minuman bekas yang ditempel pada sebuah papan. Agar lebih menarik media paratung dihias sedemikian rupa untuk menarik siswa belajar. Media ini digunakan untuk operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Sesuai dengan pendapat ahli Jean Piaget (Leny Marinda, 2020) bahwa anak usia 7-11 tahun tergolong tahap operasional kongkret, anak masih berfikir kongkret dan mengklarifikasikan benda-benda ke dalam bentuk yang berbeda.
Cara menggunakan media paratungpun cukup mudah. Pertama siapkan sedotan secukupnya untuk mengisi nilai tempat yang dilambangkan dengan botol bekas yang ditempel. Sedotan ini berguna sebagai simbol bilangan yang akan dihitung. Nilai tempat pada botol terdiri dari Ribuan ( Rb) Ratusan ( R ), Puluhan ( P ), dan Satuan ( S ).
Misalnya pada penjumlahan 1.325 + 1.452. Maka kita siapkan sedotan dengan jumlah yang sesuai dengan nilai tempatnya (Ribuan : 1 Sedotan, Ratusan : 3 sedotan, Puluhan : 2 sedotan, dan Satuan : 5 sedotan). Kemudian masukkan sedotan sesuai nilai tempatnya pada masing-masing botol. Ulangi lagi untuk penjumlahan berikutnya. Kemudian setelah semua sudah terisi maka ambil semua sedotan pada masing-masing nilai tempat dan kumpulkan pada botol di bawahnya (hasil akhir) serta hitunglah. Selain pada penjumlahan bisa juga digunakan untuk pengurangan. Langkahnya sama hanya saja untuk pengurangan hanya mengisi satu deret botol sesuai dengan nilai tempatnya kemudian sedotannya diambil sesuai dengan bilangan yang dikurangi dan dimasukkan kedalam botol dibawahnya (hasil akhir) sesuai nilai tempat masing-masing.
Selain digunakan guru untuk pembelajaran, media ini bisa digunakan untuk siswa secara langsung sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Caranya dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk menggunakan media paratung ini, siswa digilir secara bergantian sehingga semuanya bisa mencoba media paratung. Dengan begitu anak-anak akan merasa bermain dan dengan mudah menghitung meskipun dalam bilangan yang besar. Dengan dibentuknya kelompok dapat memupuk kerjasama dan antusias untuk belajar matematika.
Pemanfaatan media paratung bisa menumbuhkan semangat siswa untuk belajar matematika. Karena siswa merasa bermain dalam menghitung bilangan. Jadi media paratung sangat cocok digunakan untuk mempermudah dan membuat siswa senang dalam belajar matematika.