JEPARA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara menetapkan Status Siaga Bencana terhitung sejak 20 Oktober 2025 sampai 19 Januari 2026 sebagai respons terhadap potensi cuaca ekstrem yang memicu bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung, hingga gelombang tinggi di wilayah pesisir.
Plt. Kepala BPBD Jepara, Arwin Noor Isdianto mengatakan penetapan status siaga bencana ini sebagai langkah mengurangi risiko bencana yang menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Jepara.
“Oktober kemarin SK Siaga Bencana sudah ditandatangani Bupati Jepara. Status Siaga Bencana ini berlaku selama tiga bulan, terhitung sejak 20 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026,” katanya.
Melalui kebijakan ini, lanjut Arwin, pemerintah berharap seluruh unsur penanganan bencana dapat memaksimalkan kesiapsiagaan dan mempercepat respon ketika terjadi situasi kedaruratan di lapangan.
Adapun sejumlah kecamatan berada dalam kategori rawan tinggi. Di antaranya Keling, Donorojo, Nalumsari, Mayong, Bangsri, serta desa-desa di kawasan lereng perbukitan dan bantaran sungai.
“Dengan penetapan status siaga bencana, seluruh perangkat daerah, kecamatan, dan relawan diimbau meningkatkan kewaspadaan dan siap bergerak cepat,” ujar Arwin.
Pihaknya juga telah menyiagakan Tim Reaksi Cepat (TRC) selama 24 jam, mempersiapkan logistik darurat, serta menempatkan peralatan dan armada pendukung di titik strategis.
“Koordinasi lintas sektor antara pemerintah daerah, TNI, Polri, pemerintah desa, hingga organisasi kebencanaan juga kami lakukan untuk memastikan kesiapan menghadapi berbagai kemungkinan,” imbuhnya.
Arwin pun mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap waspada, terutama yang tinggal di daerah rawan longsor dan sekitar aliran sungai. Ia juga meminta masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda seperti retakan tanah, debit sungai meningkat, pohon miring, maupun potensi bahaya lainnya.
“Dengan adanya penetapan status ini, diharapkan seluruh upaya pencegahan dan penanganan bencana dapat berjalan lebih cepat, tepat, dan terkoordinasi demi meminimalkan dampak yang mungkin timbul selama periode cuaca ekstrem,” pungkasnya.
Jurnalis: Tomi Budianto
Editor: Sekar S































