GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan merespons kejadian siswa SMP diduga meninggal di lingkungan sekolah usai mengalami perundungan.
Sekretaris Daerah, Anang Armunanto, menyesalkan kejadian tersebut dan menyampaikan belasungkawa.
“Atas nama pemerintah daerah dan pribadi, kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya ananda Angga Bagus Perwira,” ujarnyadalam keterangan tertulis, pada Senin, 13 Oktober 2025.
Sekda mengatakan bahwa kematian seorang anak di lingkungan pendidikan merupakan peristiwa yang mengguncang rasa kemanusiaan, mengingat sekolah seharusnya menjadi tempat belajar dan menata masa depan.
Atas kejadian itu, ia meminta semua pihak menunggu hasil autopsi untuk memastikan penyebab kematian.
“Kita harus pastikan terlebih dahulu hasil autopsi. Apakah betul murni disebabkan karena perundungan. Pelaku maupun korban adalah anak-anak. Dalam kasus seperti ini, semua bisa dikatakan korban, dan tugas kita adalah memberi pendampingan kepada mereka,” tuturnya.
Pemkab Grobogan saat ini masih menunggu hasil resmi autopsi dari pihak berwenang dan berkoordinasi dengan lembaga pendidikan, tenaga pendamping anak, serta aparat penegak hukum untuk menangani kasus ini secara hati-hati dan berperspektif perlindungan anak.
Anang menegaskan, apapun hasil autopsi, insiden yang menimpa siswa tersebut harus menjadi perhatian serius semua pihak agar tidak terulang di masa mendatang.
Dia mengatakan bahwa sosialisasi antiperundungan selama ini telah berjalan, tetapi pengawasan di sekolah tetap harus diperkuat.
“Apapun kesimpulan hasil autopsi, tentu jadi perhatian serius. Tidak boleh lagi ada peristiwa serupa. Meskipun kita tidak henti sosialisasikan anti perundungan, ketika masih terjadi pertengkaran antar siswa di sekolah, maka itu menjadi perhatian serius bagi kepala sekolah dan warga sekolah. Kita akan gerakkan kembali pengawasan siswa secara lebih mendalam,” terangnya.
Selain peran sekolah, ia menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dan lingkungan sosial dalam membentuk karakter anak. Menurutnya, pembentukan kejiwaan anak tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui kondisi keluarga, lingkungan pergaulan, dan media sosial.
“Kami juga mohon kepada orang tua dan masyarakat untuk bersama-sama lebih peduli dalam pengawasan kepada anak-anak. Di samping di sekolah, media sosial, keluarga, dan lingkungan juga berpengaruh dalam pembentukan kejiwaan dan karakter anak,” tambahnya.
Anang berharap peristiwa yang menimpa Angga menjadi kejadian terakhir.
“Semoga ini kejadian terakhir,” pungkasnya.
Jurnalis: Ahmad Abror
Editor: Ulfa
































