JEPARA, Lingkarjateng.id – Berdasarkan indeks risiko bencana pada tahun 2024, Kabupaten Jepara masuk kategori kelas risiko sedang dengan skor 119,49.
Meskipun angka tersebut menurun dibandingkan pada tahun 2023, Jepara memiliki tantangan empat jenis bencana risiko tinggi, yaitu banjir, kebakaran hutan dan lahan, gelombang ekstrem dan abrasi, serta kekeringan.
Menyikapi kondisi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara mendorong kesadaran mitigasi bencana di semua lapisan masyarakat.
“Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana melalui pembangunan fisik dan kesadaran masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur tahan bencana, pengidentifikasian daerah rawan bencana, memberikan penyuluhan kepada masyarakat, dan lainnya” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Jepara, Arwin Noor Isdiyanto, saat dihubungi Senin, 28 Juli 2025.
Arwin menjelaskan bahwa masyarakat merupakan garda terdepan penanggulangan bencana. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki kapasitas dan kesadaran yang tinggi dalam menghadapi berbagai ancaman bencana.
“Kami juga seringkali menggelar pelatihan dan pembentukan jejaring warga terlatih siaga bencana, dengan harapan bisa menciptakan masyarakat yang tangguh dan mandiri dalam menghadapi situasi darurat maupun bencana alam,” terangnya.
Menurutnya, kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat sangat penting dalam mengurangi dampak bencana. Maka dari itu, Arwin pun mengajak seluruh masyarakat Jepara untuk terus mencari pengetahuan tentang penanggulangan bencana dan aktif berpartisipasi dalam program-program yang diinisiasi oleh BPBD dan pemerintah setempat.
“Ke depan kesiapsiagaan ini perlu diperhatikan semua pihak, sebab jika diabaikan maka dampaknya sangat luas seperti kerusakan lingkungan, kehilangan aset, hingga jatuhnya korban jiwa. Dengan kerjasama semua pihak, kita dapat menciptakan Jepara yang tangguh terhadap bencana,” pungkasnya.

Jurnalis: Tomi Budianto
Editor: Ulfa































