SALATIGA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga terus mendorong pemberdayaan perempuan melalui program pelatihan keterampilan bagi Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).
Tahun ini, pelatihan menjahit kembali digelar di Balai Latihan Kerja (BLK) Jalan Sumur Bandung, Karang Kepoh, Tegalrejo, dan resmi dibuka oleh Wali Kota Salatiga, Robby Hernawan, pada Rabu, 11 Juni 2025.
Sebanyak 25 perempuan terpilih mendapat bantuan alat menjahit dan pelatihan keterampilan menjahit yang bertujuan menjadi bekal kemandirian ekonomi.
“Pelatihan ini bukan sekadar formalitas. Ini peluang nyata untuk membangun usaha mandiri dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Jangan dijual, manfaatkan sebaik-baiknya,” pesan Robby saat menyerahkan bantuan secara simbolis.
Robby mengungkapkan bahwa program ini merupakan kolaborasi antara Dinas Sosial Kota Salatiga, Baznas, dan PT Tripilar Beton Mas.
Ia menegaskan bahwa pelatihan ini sangat penting mengingat masih banyak PRSE yang belum terjangkau intervensi bantuan.
“Data per Januari 2025 menunjukkan ada 1.461 PRSE di Salatiga. Yang sudah mendapat pelatihan baru 541 orang. Masih banyak yang menunggu kesempatan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menyinggung peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat yang semakin penting di tengah perubahan sosial dan ekonomi.
“Secara budaya, perempuan sering tidak dibebani tanggung jawab ekonomi. Tapi realita menunjukkan banyak perempuan kini justru menjadi penopang utama keluarga. Maka mereka perlu diberi ruang dan dukungan,” tegasnya.
Pelatihan menjahit ini dilaksanakan oleh pengajar profesional bersertifikat dari Miska Collection.
Selain memberikan keterampilan teknis, pelatihan ini juga diharapkan menumbuhkan kepercayaan diri dan membuka akses perempuan pada sektor ekonomi produktif.
Plt. Kepala Dinas Sosial Salatiga, Martini, menyebut bahwa pelatihan tahun ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam menekan angka kemiskinan dan meningkatkan indeks pembangunan sosial di Salatiga.
“Dari sisi sebaran wilayah, PRSE terbanyak berada di Kecamatan Argomulyo dengan 629 orang, disusul Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kami berharap program ini menjadi titik awal kemandirian,” jelasnya.
Jurnalis: Angga Rosa
Editor: Rosyid