SEMARANG, Lingkarjateng.id – Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang tahun ajaran 2025/2026 kini memasuki tahap pemberkasan dan skrining. Proses penerimaan dibuka sejak 5 hingga 13 Juni 2025 dengan kuota terbatas sebanyak 40 siswa dari jenjang TK hingga SMA, untuk berbagai kategori hambatan.
Sekretaris SPMB SLB Negeri Semarang, Legimen, menjelaskan bahwa alur seleksi tahun ini terdiri dari lima tahapan. Dimulai dari pendaftaran online pada 5–13 Juni, dilanjutkan pemberkasan 11–17 Juni, lalu skrining 12–18 Juni. Pengumuman hasil seleksi dijadwalkan pada 25 Juni, dan daftar ulang bagi siswa yang diterima dilakukan pada 30 Juni hingga 3 Juli 2025.
“Hingga 16 Juni, tercatat ada 140 calon peserta didik yang mendaftar secara online. Dari jumlah tersebut, 76 di antaranya telah melakukan pemberkasan dan 66 menjalani tahap skrining,” ujar Legimen, Selasa, 17 Juni 2025.
Ia menambahkan, para pendaftar terdiri dari siswa dengan hambatan tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa. Sementara untuk kategori tuna netra, belum ada pendaftar.
SLB Negeri Semarang menyediakan kuota berdasarkan jenjang dan kategori hambatan. Untuk jenjang TK, disediakan lima kursi bagi anak dengan hambatan berpikir. Di SD kelas 1, terdapat kuota 3 siswa tuna netra, 5 tuna rungu, 10 tuna grahita, dan 2 tuna daksa. Adapun jenjang SMP dan SMA masing-masing hanya menerima siswa tuna daksa, dengan kuota tiga siswa untuk SMP dan dua siswa untuk SMA.
Sekolah ini memiliki dua lokasi kampus, yakni di Mangunharjo dan Ngaliyan. Namun, seluruh proses SPMB tahun ini dipusatkan di kampus Mangunharjo karena kampus Ngaliyan baru dirintis sejak 2022 dan hanya melayani jenjang SD, masing-masing dengan satu kuota per kategori.
Salah satu orang tua calon siswa, Tituk Marlina, menyampaikan pengalamannya dalam proses pendaftaran.
“Proses pendaftaran melalui online dulu, lalu pemberkasan, dan nanti skrining. Tidak terlalu sulit, cuma karena anak saya mau mendaftar di SDLB Ngaliyan, saya harus ke Mangunharjo dulu untuk daftar, yang cukup jauh dari rumah,” ungkapnya.
Meski begitu, Tituk berharap anaknya bisa diterima di SLBN Semarang agar mendapat pendidikan yang lebih berkualitas.
“Sebelumnya anak saya sekolah di PAUD biasa, tapi pembelajarannya lebih banyak stimulasi saja. Harapan saya bisa diterima di SLBN,” pungkasnya.
Jurnalis: Rizky Syahrul|
Editor: Sekar S