KAB. SEMARANG, Lingkarjateng.id – Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, melepas 661 calon jemaah haji (calhaj) asal Kabupaten Semarang dalam acara yang digelar di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Ungaran Timur, pada Senin, 5 Mei 2025.
Ngesti menjelaskan bahwa ratusan calhaj asal Kabupaten Semarang tersebut dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci Mekkah pada Jumat, 9 Mei 2025. Mereka tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 34 dan 35.
Kloter 34 diisi oleh 356 jamaah dari Kabupaten Semarang, sementara kloter 35 berjumlah 305 orang akan digabung dengan jamaah dari Kabupaten Grobogan.
Ngesti berpesan agar para jemaah, khususnya yang lanjut usia, saling menjaga dan membantu satu sama lain selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.
“Selalu mengutamakan yang namanya sabar selama beribadah di Tanah Suci Mekah, jangan lupa untuk saling menjaga dan membantu selama berada di tanah suci nanti,” katanya.
Ia juga mengingatkan, tahun ini merupakan pelaksanaan haji akbar yang diperkirakan akan dihadiri sekitar empat juta jemaah dari berbagai negara.
Karena itu, ia mengimbau agar para calhaj menjaga kesehatan, fisik, dan mental selama prosesi ibadah berlangsung.
“Sehingga, nantinya bisa pulang ke tanah air di Kabupaten Semarang ini dengan keadaan yang baik dan menjadi haji yang mabrur,” terang dia.
Dalam kesempatan itu, pihak Kementerian Agama Kabupaten Semarang menyerahkan bingkisan kepada Mbah Legiman (66) dan istrinya, Baniyah (66), pasangan calhaj inspiratif asal Dusun Glagahombo, Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa.
Pasangan yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan pemungut sampah tersebut berhasil mewujudkan mimpi berangkat haji setelah menabung selama hampir 39 tahun, dengan menyisihkan uang Rp 1.000 setiap hari sejak 1986.
Setiap pagi mulai pukul 06.30 hingga menjelang siang, ia dan istrinya memungut sampah dari 50 rumah warga.
Dari kebiasaan menabung kecil tersebut, mereka berhasil mengumpulkan Rp 55 juta hingga tahun 2012, yang kemudian digunakan untuk mendaftar haji.
“Awal mulanya, saya menabung ini memang untuk tujuan mengatasi pendapatan saya yang tidak menentu ini, namun kami ini tidak menyangka di tahun 2012 lalu, uang Rp 1.000 yang saya dan istri kumpulkan setiap hari ini bisa terkumpul hingga Rp 55 juta,” bebernya.
Karena bingung mau diapakan uang Rp 55 juta itu, mereka berdua akhirnya mendapatkan persetujuan dari ketiga anak-anaknya untuk menggunakannya sebagai uang pendaftaran haji.
Kisah Mbah Legiman mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang, Ta’yinul Biri Bagus Nugroho.
Menurutnya, Mbah Legiman dan istrinya tahun ini masuk dalam kelompok jemaah haji yang berhak melunasi dengan status cadangan.
“Dari data seksi PHU, Legiman dan istrinya Baniyah akan tergabung dalam kloter 35 bersama dengan para calhaj asal Kabupaten Grobogan. Maka, alhamdulillah tentu kami turut gembira, karena dari kisah Mbah Legiman ini kita belajar bahwa haji itu tidak semata panggilan Allah yang harus diperjuangkan, akan tetapi juga butuh pengorbanan,” katanya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)