Wawalkot Pekalongan Ajak Jemaat Gereja Baptis Poncol Jadi Agen Perubahan Atasi Darurat Sampah

Wawalkot Pekalongan

Wakil Wali Kota Pekalongan Balgis Diab saat mengajak jemaat Gereja Baptis Indonesia Sangkakala Poncol untuk menjadi pelopor pengelolaan sampah mandiri, Selasa, 29 April 2025. (Fahri Akbar/Lingkarjateng.id)

PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Wakil Wali Kota Pekalongan Hj. Balgis Diab mengajak jemaat Gereja Baptis Indonesia (GBI) Sangkakala Poncol menjadi pelopor pengelolaan sampah mandiri di lingkungan masing-masing. Hal ini disampaikannya dalam acara perkumpulan rutin Gabungan Wanita Kristen Pekalongan (GWKP) di gereja tersebut, Selasa, 29 April 2025.

“Kami mengimbau kepada seluruh jemaat yang ada di sini untuk mulai membiasakan memilah sampah organik dan non-organik di rumah. Selain itu, dalam kegiatan peribadatan, kami dorong agar tidak lagi menggunakan air mineral kemasan, tetapi membawa tumbler dan air minum sendiri dari rumah,” ujar Balgis.

Menurut Balgis, pengelolaan sampah perlu dimulai dari dapur rumah masing-masing dengan membiasakan pemilahan sejak dari sumbernya. Ia meyakini perubahan kecil yang dilakukan bersama-sama akan memberikan dampak besar terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.

“Kami berharap, dari jemaat di Gereja Baptis Indonesia Sangkakala ini, akan lahir perubahan perilaku masyarakat Kota Pekalongan menuju hidup yang lebih sehat, bersih, dan lingkungan yang terbebas dari sampah,” imbuhnya.

Mendukung ajakan tersebut, Koordinator Bidang Kegiatan GBI Sangkakala, Irene Rimbarto, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi darurat sampah di Kota Pekalongan. Ia menilai keterlibatan aktif seluruh masyarakat, termasuk komunitas gereja, sangat diperlukan.

“Kondisi darurat sampah ini tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah. Ini tanggung jawab bersama, termasuk kami di lingkungan gereja. Karena itu, setiap ada pertemuan jemaat, kami sisipkan sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan dan penanganan sampah,” terang Irene.

Sebagai bentuk komitmen, GBI Sangkakala telah melakukan berbagai inovasi dalam mendukung program pengelolaan sampah, di antaranya membuat pohon Natal dari botol plastik bekas saat perayaan Natal 2024. Jemaat membawa botol dari rumah untuk didaur ulang menjadi pohon Natal ramah lingkungan.

Selain itu, jemaat juga telah mengikuti pelatihan pengelolaan sampah organik menggunakan metode cepat biowash, yang memungkinkan sampah dapur diubah menjadi media tanam hanya dalam hitungan detik.

“Upaya-upaya ini kami harapkan bisa menjadi contoh bahwa pengelolaan sampah bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terkecil. Dari rumah masing-masing, dari komunitas kecil seperti gereja kami,” tegas Irene. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version