JEPARA, Lingkarjateng.id – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Jepara mencatat setidaknya enam kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi di wilayah Jepara sejak awal 2025. Bentuk kekerasan yang dilaporkan bervariasi, mulai dari pelecehan seksual, pemerkosaan, hubungan seksual pra-nikah, hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Pada kesempatan ini, Kepala DP3AP2KB Jepara, Muh Ali menekankan pentingnya edukasi yang menyeluruh dan menyasar seluruh elemen masyarakat, terutama remaja dan orang tua.
Menurutnya, DP3AP2KB Jepara terus berupaya memperkuat pencegahan kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan. Melalui program edukasi kesehatan reproduksi di sekolah, penguatan ketahanan keluarga, serta pendampingan berbasis kebutuhan bagi korban, lembaga ini berkomitmen untuk menghadapi isu yang semakin mendesak.
“Kami telah melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan SMA, namun cakupan kami masih terbatas,” kata Ali pada Rabu 30 April 2025.
Muh Ali mengajak semua pihak untuk memberikan dukungan lintas sektor agar program ini dapat menjangkau lebih banyak masyarakat. Ia percaya bahwa dengan edukasi yang lebih intensif, potensi pencegahan kasus kekerasan bisa lebih efektif.
Ia menegaskan jika pihak DP3AP2KB, sebagai lembaga yang fokus pada perlindungan perempuan dan anak, tidak berfungsi sebagai penyidik. Mereka hanya akan melakukan pendampingan bila ada laporan yang masuk.
“Selama tidak ada laporan, kami tidak bisa mendampingi. Namun, jika sudah ada laporan, kami akan menangani sesuai kebutuhan korban. Pendampingan dilakukan secara berjenjang, tergantung pada tingkat kerentanan dan trauma yang dialami,” ungkapnya.
Muh Ali juga menekankan bahwa penguatan ketahanan keluarga merupakan kunci penting dalam pencegahan kekerasan. Pendidikan mengenai seksualitas dan relasi sehat sejak dini dinilai sangat diperlukan agar anak-anak dapat memahami batasan dan risiko yang ada.
“Jika keluarga kuat, anak-anak bisa lebih terlindungi. Ini yang perlu terus kita galakkan,” imbuhnya.
Menjelang tahun ajaran baru, pihak DP3AP2KB berencana untuk kembali menyasar sekolah-sekolah dengan program edukasi langsung. Harapannya, upaya ini dapat menekan potensi kekerasan sejak dari lingkungan terdekat.
“Remaja mulai mencari jati diri saat di sekolah. Di sinilah kami masuk untuk memberikan pemahaman,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Pemerintah Kabupaten Jepara bertekad untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi anak-anak dan perempuan, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan kekerasan seksual. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)