BLORA, Lingkarjateng.id – Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan Provinsi Jawa Tengah memastikan semburan lumpur dan gas di sumur minyak tua di Dukuh Kedinding, Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, tidak beracun.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Provinsi Jawa Tengah, Sinung Sugeng Ariyanto, mengatakan bahwa berdasarkan pengukuran gas tidak ditemukan indikasi adanya gas beracun, yaitu H2S, CO dan CO2 di lokasi semburan sumur tua tersebut. Sedangkan gas hidrokarbon angkanya mendekati nol.
“Dari pantauan Cabdin ESDM Kendeng Selatan tidak tercium adanya bau telur busuk (penciri gas H2S), hanya tercium bau minyak mentah namun tidak menyengat,” kata Sinung pada Senin, 17 Februari 2025.
Hasil pantauan ESDM Kendeng Selatan menyimpulkan lokasi tersebut aman untuk masyarakat, sehingga tidak perlu khawatir terhadap bau gas di lokasi. Selain itu, jarak lokasi ke permukiman warga terdekat sekitar 520 meter.
Tak hanya itu, menurut Sinung, lokasi semburan lumpur dan gas yang berada di perladangan terbuka milik Perhutani membuat gas yang tertiup angin tidak mengalami akumulasi yang tinggi.
Kendati demikian, pihaknya mengimbau masyarakat untuk sementara tidak mendekati lokasi semburan tersebut. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Pertamina agar memasang rambu-rambu peringatan atau batas aman masyarakat.
“Telah disanggupi Pertamina untuk memasang rambu-rambu tersebut,” katanya
Menurut Sinung, semburan di sumur tua itu terjadi karena fraksi gas dari reservoir migas merembes keluar melalui rekahan-rekahan atau zona lemah lainnya kemudian naik ke atas hingga terjebak kembali di lapisan batuan dekat permukaan.
“Semakin lama gas tersebut terakumulasi dan punya tekanan besar melalui rekahan, dari situlah kemudian keluar melalui bekas sumur tua. Kemudian mendorong sumbatan berupa lumpur atau sedimen lainnya sehingga saat mencapai permukaan tanah, dan terjadilah semburan gas bercampur air, lumpur, dan minyak mentah,” terangnya.
Menurutnya, semburan seperti itu hanya memiliki tekanan saat pertama kali muncul. Namun, seiring berkurangnya gas dan tekanan, semburan tersebut akan melemah dan ketinggiannya akan berkurang.
Sebagai informasi, PT Pertamina sendiri telah memasang delapan titik barier atau oil boom di Creek Uyah untuk mencegah air bercampur minyak mengalir ke Sungai Gelandangan dan Sungai Wado.
Di sisi lain, pihak Polda Jawa Tengah, Polres Blora, dan Polsek Kedungtuban juga telah mengamankan lokasi dan memasang garis polisi untuk mencegah masyarakat masuk ke lokasi, guna meminimalisir hal-hal yang tidak diharapkan. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)