SALATIGA, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga dan para seniman terus berupaya menjadikan musik drumblek sebagai warisan budaya tak benda. Ini untuk melestarikan kesenian karya putra daerah Didik Subiantoro Masruri alias Didik Ompong warga Kampung Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Salatiga..
Drumblek terbentuk dari ide kreatif Didik ompong yang awalnya ingin mendirikan grup drumband. Namun karena keterbatasan alat dan biaya, munculah ide membuat kesenian drumblek.
Dengan peralatan tong bekas, kaleng bekas, kentongan yang telah dimodifikasi, ditambah balira mampu menyuguhkan alunan musik yang merdu dan menyentuh hati. Seni musik ini menambah khasanah budaya di Kota Salatiga.
Kini sudah ada ratusan grup drumblek di kota ini. Bahkan sejumlah grup masih aktif latihan.
“Kreatifitas dan inovasi yang indah ini harus dihargai oleh warga Salatiga sendiri,” tutur salah satu pegiat seni musik drumblek Salatiga, Simbar (35) warga Nanggulan, Tingkir, baru-baru ini.
Ia mengatakan, saat ini seni musik drumblek telah merambah di beberapa wilayah Kabupaten Semarang yang wilayahnya berdekatan dengan Kota Salatiga. Musik drumblek yang cikal bakalnya di Salatiga banyak diminati warga desa di wilayah lain.
Pemain (penabuh) musik ini, jumlahnya kurang lebih 30 orang, seandainya lebih banyak akan semakin meriah. Biaya untuk membuat grup seni drumblek ala Salatiga ini menurut Simbar, kurang lebih Rp 7 juta.
“Biaya murah ini ternyata bisa menggugah semangat bersama dan melantunkan lagu-lagu perjuangan. Bahkan lagu dangdut koplo yang trend bisa kami mainkan dengan nyaman dan semangat sambil menghibur warga,” ujarnya
Sementara itu, Pemkot Salatiga telah memasukkan kesenian musik drumblek dalam kalender event tahunan. Sehingga setiap tahun diadakan festival drumblek yang bertujuan untuk menjaga kelestarian dan mengembangkan kesenian ini.
Pj. Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, berharap kesenian drumblek dapat terus berkembang dan dikolaborasikan dengan kesenian lain seperti Tari Bulkeo.
“Festival drumblek sudah menjadi event tahunan karena sudah masuk kalender event. Kami berharap festival ini dapat berkembang dan diakui secara nasional,” katanya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Lingkarjateng.id)