JEPARA, Lingkarjateng.id – Kirab budaya buka luwur makam Raden Ayu Mas Semangkin atau Ibu Mas Semangkin meriah oleh ratusan masyarakat di sepanjang jalan raya Mayong-Welahan, Desa Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada Selasa, 9 Agustus 2022.
Kepala Desa Mayong Lor, Budi Agus Trianto menjelaskan bagi masyarakat mayong Raden Ayu Mas Semangkin juga dikenal sebagai Ibu Mas atau Ratu Mas Kagaluhan adalah seorang tokoh yang sangat berjasa, khususnya bagi warga masyarakat Desa Mayong Lor mengingat beliau adalah cikal bakal desa setempat. Raden Ayu Mas Semangkin juga lekat di hati warga setempat sebagai sosok pahlawan putri.
“Kirab buka luwur ini adalah wujud penghormatan kepada Raden Ayu Mas Semangkin karena sosoknya yang diyakini masyarakat Mayong sebagai pendiri wilayah Mayong,” tuturnya.
Pada kirab budaya kali ini ia melihat antusias warga sangat tinggi. Hal ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya yang digelar dengan sederhana akibat pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah acara hari ini sangat meriah yang bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus mendatang, jadi semangatnya kita alihkan ke acara kirab kali ini. Mudah-mudahan tahun depan bisa semeriah tahun ini,” lanjutnya.
Sementara itu, juru kunci makam Raden Ayu Mas Semangkin Mas Semangkin, Sriyono menjelaskan, Raden Ayu Mas Semangkin adalah putri kedua Pangeran Haryo Bagus Mukmin atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Prawoto dan juga merupakan cucu dari Sultan Trenggono sekaligus cicit dari Sultan Demak Raden Patah.
Menurutnya acara ini merupakan upaya pelestarian budaya, untuk menghormati dan mengingat labuh-labet Raden Ayu Mas Semangkin. Jasanya yang sedemikian besar pada masyarakat Mayong dan sekitarnya, akan tetap dikenang
“Perilaku Ibu Mas Semangkin patut dijadikan suri teladan bagi seluruh pemimpin di seluruh lapisan yang ada diwilayah Kabupaten Jepara, dari sifat kesederhanaan, kesehajaan dan kedekatannya kepada kawula alit. Hal ini ditunjukkan Ibu Mas Semangkin dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun seorang istri Raja Mataram, namun beliau rela mati untuk meninggalkan kemewahan duniawi menuju pengabdian kepada masyarakat kecil,” terangnya.
Dalam kegiatan budaya tersebut, masyarakat juga mencurahkan harapan dan doa agar Allah memberikan berkah dan menghindarkan warga dari petaka sehingga masyarakat bisa terus berupaya dalam melestarikan kearifan lokal di Jepara khususnya Desa Mayong.
“Beliau sangat dihormati masyarakat Mayong hingga saat ini. Kami warga masyarakat Mayong dan sekitarnya tentu tidak boleh melupakan jasa beliau. Prosesi ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu terus dijaga sebagai sebuah kekayaan budaya Jepara,” pungkasnya. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)