Viral Adik Sepupu Gus Baha Menang Pilkades Narukan, Warga Rembang: Duit Ora Payu!

MENGARAK: Viral video Gus Faruq diarak oleh warga lantaran terpilih menjadi kepala desa sembari meneriakkan ‘duit ora payu’. (Facebook @ Aryazza Aryadien/Lingkarjateng.id)

MENGARAK: Viral video Gus Faruq diarak oleh warga lantaran terpilih menjadi kepala desa sembari meneriakkan ‘duit ora payu’. (Facebook @ Aryazza Aryadien/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Sebuah video berdurasi sekitar 28 detik memperlihatkan arak-arakan warga Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang tengah viral di media sosial.

Dalam video tersebut, terlihat warga mengarak Muhammad Umar Faruq yang tak lain Gus Faruq, adik sepupu KH Bahauddin Nursalim alias Gus Baha lantaran telah memenangkan pemilihan kepala desa (pilkades).

Gus Faruq digandeng oleh Ketua DPC PPP Rembang Gus Umam, adik kandung Gus Baha dan diarak warga sembari meneriakkan kata-kata “duit ora payu (uang tidak laku, red)” secara berulang kali.

Kata-kata tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa dalam memenangkan pilkades tak perlu menggunakan politik uang. Pasalnya, lawannya diduga membagikan uang senilai Rp 700 ribu per kepala agar menang dalam perhelatan pilkades tersebut.

Diketahui, Gus Faruq memperoleh 790 suara sah dalam Pilkades yang digelar pada Minggu, 2 Oktober 2022. Sedangkan lawannya yang merupakan petahana, Hanik Setiyawati mendapat 330 suara.

Saat dimintai keterangan, Gus Umam membenarkan hal tersebut merupakan bentuk sikap warga yang anti terhadap politik uang, terutama dalam memilih Gus Faruq sebagai kades setempat.

“Sejak awal kami tidak punya kemampuan secara logistik. Tapi, kami punya kekuatan interaksi sosial kepada masyarakat yang sudah terbangun sejak buyut-buyut saya,” ujarnya.

Ia menambahkan, budaya warga Desa Narukan menjunjung kerukunan dan kebersamaan tanpa membutuhkan embel-embel keuntungan material.

Alhamdulillah luar biasa antusiasme masyarakat dalam mendukung adik kami. Loyalitasnya luar biasa,” imbuhnya.

Selain itu, Gus Umam menyayangkan terhadap kontestan politik yang menganggap masyarakat masih pragmatis dan kapitalis.

“Lawan Gus Faruq merupakan kades petahana. Pola pikirnya melihat masyarakat dianggap pragmatis dan kapitalis bukan melihat kualitas kepribadian dan keteladanan. Mungkin itu yang dipakai,” pungkasnya. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)

Exit mobile version