PEKALONGAN, Lingkarjateng.id – Wisnu, petani cabai asal Desa Sidomukti, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan, menghadapi tantangan besar dalam musim pancaroba ini. Cuaca yang tidak menentu serta fenomena global seperti La Nina berdampak signifikan terhadap hasil panen cabai miliknya.
Wisnu merupakan petani cabai yang mempunyai lahan di ketinggian sekitar 50 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan 2100 batang tanaman cabai.
Ia mengungkapkan bahwa tanaman cabai memiliki masa generatif yang panjang, sekitar tiga bulan hingga bisa dipanen. Namun, dalam periode tersebut, banyak kendala yang muncul salah satunya adalah cuaca buruk hingga serangan hama.
“Cuaca sangat berpengaruh terhadap tanaman, baik dari segi hama maupun penyakit. Jadi sangat kompleks,” ujarnya.
Dampak dari cuaca buruk ini sangat terasa pada produktivitas tanamannya. Wisnu biasanya mampu menghasilkan panen cabai sebanyak 3-5 kuintal dalam kondisi normal. Tapi, kini produksi tanamannya menurun drastis hingga 90 persen, di mana ia hanya bisa memanen sekitar 25 kilogram saja.
Salah satu penyebab utama penurunan produksi ini adalah cuaca buruk dan gangguan hama seperti serangan buah lalat dan kutu, serta bunga yang gagal berkembang.
“Serangan hama, bunga tidak jadi, dan serangan buah lalat serta kutu menjadi penyebab utama,” keluh Wisnu.
Wisnu berharap dengan situasi yang sulit ini, harga jual cabai bisa bersahabat sehingga omset pendapatan petani tetap terjaga dengan baik.
Dikonfirmasi terpisah, Konsultan Teknis Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pekalongan, Handono Warih, membenarkan bawah kondisi cuaca yang tidak menentu berdampak buruk pada tanaman cabai.
“Kondisi cuaca buruk menyebabkan banyaknya parasit seperti virus, jamur, dan bakteri yang menurunkan produktivitas,” jelas Handono.
Sebagai solusi, Handono, menyarankan agar petani menjaga kebersihan lahan, kestabilan pengairan, dan sistem nutrisi. Menurutnya, penggunaan nutrisi organik dapat meningkatkan imunitas tanaman. Sehingga sangat penting untuk keberlangsungan pertanian dalam jangka panjang. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Lingkarjateng.id)