Target Turun di bawah 10 Persen, Dinkes Rembang Launching Telponi Stunting

SIMBOLIS: Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro', bersama Ketua TP PKK Kabupaten, Hasiroh Hafidz dan jajaran Dinas Kesehatan melepas balon pertanda launching program Telponi Stunting pada Kamis, 15 Desember 2022. (R Teguh Wibowo/Koran Lingkar)

SIMBOLIS: Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro', bersama Ketua TP PKK Kabupaten, Hasiroh Hafidz dan jajaran Dinas Kesehatan melepas balon pertanda launching program Telponi Stunting pada Kamis, 15 Desember 2022. (R Teguh Wibowo/Koran Lingkar)

REMBANG, Lingkarjateng.id  – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes)  menargetkan penurunan angka stunting melalui program Telponi (Temokno Laporno dan Openi).

Sebelumnya, Dinkes Rembang telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) melalui program yang sama. Sehingga Telpponi Stunting kemudian dilaunching pada Kamis, 15 Desember 2022.

Rilisnya program Telponi Stunting ditandai dengan pelepasan balon oleh Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro’, bersama Ketua TP PKK Kabupaten Hasiroh Hafidz, Wakil Ketua PKK Kabupaten yang juga istri Wabup, Siti Halimatussya’diyah  dan jajaran Dinas Kesehatan. 

Launching Telponi Stunting dihadiri 862 kader dari perwakilan seluruh Puskesmas. Di antaranya  Kader KPM (Kader Pendamping Pembangunan) tim Pendamping Keluarga (TPK), kader Telponi.

Kepala Dinkes Rembang, dr.Ali Syofii, mengatakan melalui inovasi program Telponi,  AKB dan AKI ternyata dapat ditekan. AKI contohnya, pada tahun 2020 ada 15 ibu yang meninggal saat atau setelah melahirkan bayi, tahun 2021 turun jadi 14 kasus dan 2022 ini hingga 15 Desember hanya ada 6 kasus kematian ibu. 

Sedangkan hasil untuk AKB, angka  penurunannya juga cukup signifikan. Tahun 2020 ada 138 kasus kematian bayi, kemudian turun menjadi 97 kasus di 2021 dan sampai 15 Desember 2022 baru ada 80 kasus. 

Karena inovasi program yang pro aktif dalam menyelesaikan permasalahan AKB dan AKI itulah akhirnya program Telponi kini juga dibuat menyasar kasus stunting. 

“Ini program proaktif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan. Petugas kesehatan terhubung satu link dengan kader kesehatan di ujung tombak terdepan melakukan identifikasi permasalahan kesehatan, mengidentifikasi, melaporkan  dan mengintervensi yang semuanya tertata dalam suatu sistem,” terangnya. 

Ali menargetkan, angka stunting di Rembang bisa turun di bawah sepuluh persen dengan menggiatkan program Telponi.

Sedangkan saat ini, menurut data dari elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM)  stunting di Rembang 11,8 persen dari total 36.500 balita. 

Sementara itu, Wakil Bupati Rembang, Mochammad Hanies Cholil Barro’, juga menaruh harapan besar terhadap program Telponi Stunting tersebut. Pekerjaan Rumah (PR) untuk menangani sekitar 4.400 bayi yang menderita stunting dan mencegah adanya kasus stunting baru diharapkan bisa tertangani. 

Dalam kesempatan itu Wabup Hanies yang juga dipercaya sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Rembang menyampaikan terima kasih kepada KPM, TPK dan kader Telponi yang menjadi garda terdepan dalam perang melawan stunting. 

“Tepuk tangan untuk kita semua, tapi kita perlu bekerja lebih keras lagi. Karena 11,8 persen ini meskipun sudah memenuhi target nasional tapi kita punya target internal yakni mencapai satu digit di 2024 nanti dan tidak ada lagi kasus stunting baru, saya optimis melihat semangat dari kawan kawan kader ini,” ungkapnya. 

Gus Hanies, sapaan akrab Wabup Rembang, meminta kepada para Kader bisa memberikan kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pentingnya melakukan pemantauan lingkungan. Menjalin koordinasi dengan baik dengan berbagai elemen di desa. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Koran Lingkar)

Exit mobile version