Tak Ada Lapak, Pedagang di Rembang Jual Hewan Kurban Secara Online

Tak-Ada-Lapak,-Pedagang-di-Rembang-Jual-Hewan-Kurban-Secara-Online

MENUNJUKKAN: Nyaman saat menunjukkan hewan ternak kambing miliknya yang dijual secara online. (R. Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.idHingga kini, Pemerintah Kabupaten Rembang masih belum memberi kepastian terkait dibukanya kembali pasar hewan di Kecamatan Pamotan dan Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang. Hal ini mengakibatkan pedagang di Rembang jual hewan kurban secara online melalui media sosial.

Nyaman, salah satu pedagang kambing kurban dari Desa Weton, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang yang harus jual hewan kurban secara online. Kambing kurban miliknya difoto dengan detail untuk di-upload di media sosial Facebook dan WhatsApp.

“Kita kirim foto dan kita sebarkan secara online. Jika ada yang minat, biasanya langsung menghubungi dan pembeli melakukan pengecekan kambing serta transaksinya harus di sini (kandang miliknya),” kata Nyaman.

Dirinya mengaku, sejak jual hewan kurban secara online akibat ditutupnya pasar hewan, banyak pembelinya yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Rembang. Bahkan, ada juga pembeli kambing kurban miliknya yang berasal dari kabupaten tetangga.

Ia mengaku bahwa dirinya jual hewan kurban secara online sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun untuk tahun ini, dirinya lebih gencar memasarkan melalui online karena tidak ada tempat lagi untuk menjual hewan ternak.

“Kemarin ada yang dari Kudus dan dari Blora, banyak juga yang minat. Baru saja ada peminat dari Kecamatan Sarang yang datang ke sini. karena melihat postingan saya di media sosial,” ungkapnya.

Meski dituntut untuk menguasai teknologi, baginya jual hewan kurban secara online lebih menguntungkan bagi penjual sepertinya. Pasalnya, dirinya tidak perlu mengeluarkan ongkos untuk membeli BBM dan tenaga untuk menaikkan serta menurunkan hewan ternak kambing dari kendaraan seperti di pasar hewan.

“Kalau di pasar kan kita kebanyakan tenaga untuk menaikkan kambing ke kendaraan dan menurunkannya dari kendaraan. Pengeluaran ongkosnya banyak,” pungkasnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version