Siswa Tak Dapat Akses Feeder BRT, Kepala Sekolah di Semarang Surati Dinas

Siswa Tak Dapat Akses Feeder BRT, Kepala Sekolah di Semarang Surati Dinas

PULANG SEKOLAH: Salah seorang siswa saat dijemput orang tuanya dikarenakan tidak adanya akses Feeder BRT. (Wahyu Indriyati/Lingkarjateng.id)

SEMARANG, Lingkarjateng.id Sebanyak 4 sekolah yang berada di sekitaran Jalan Kokrosono tidak mendapatkan akses Feeder BRT. Keempat sekolah tersebut di antaranya SMK N 10 Semarang, SMA N 4 Semarang, SMP N 25 Semarang, dan SMK Pelayaran Wira Samudera.

Para siswa harus menempuh jarak kurang lebih 1,6 kilometer setiap hari untuk berangkat menuju sekolah. Mereka berangkat ke sekolah harus jalan kaki dari Jalan Jenderal Soedirman untuk menuju ke sekolah.

“Siswa harus menempuh jarak yang jauh. Padahal ada 4 sekolah yang berada di Jalan Kokrosono ini. Tentu mereka menginginkan akses transportasi umum untuk memudahkan siswa berangkat sekolah,” ungkap Ardan Sirodjuddin, Kepala SMK N 10 Semarang saat ditemui belum lama ini.

Melihat hal tersebut, pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 1 Semarang sejak bulan Juli. Dengan harapan, surat tersebut dapat segera ditindaklanjuti dan ada penambahan trayek Feeder BRT yang melewati Jalan Kokrosono hingga ke Pelabuhan.

Mengingat bahwasanya SMK N 10 Semarang mempunyai program untuk membatasi kendaraan bermotor. Sehingga, akses Feeder BRT ini dinilai sangat diperlukan.

“Dulu pernah ada angkot, tapi sekarang sudah tidak ada. Pak Hendi dulu pernah menjanjikan agar di depan sekolah bisa dilalui oleh BRT. Namun sampai saat ini belum terealisasi. Harapannya, surat yang telah diajukan tersebut bisa segera ditindak lanjuti dan ada penambahan trayek untuk Feeder BRT,” tambahnya.

Sementara itu, Fouad Dauta Kamal salah satu Siswa SMK N 10 Semarang mengaku terpaksa harus menggunakan sepeda motor dikarenakan tidak adanya transportasi yang melewati sekolahnya. Hal ini dirasa merepotkan, terutama bagi siswa yang tidak diperbolehkan menggunakan motor, sehingga harus jalan jauh, menggunakan ojol (ojek online), atau pun diantar jemput oleh orang tua.

“Mau nggak mau saya pakai motor karena jalannya jauh. Takutnya nanti telat,” ucapnya. (Lingkar Network | Wahyu Indriyati – Koran Lingkar)

Exit mobile version