Sekolah di Kudus Kenalkan Kearifan Lokal ke Siswa lewat Pembelajaran

KESENIAN: Siswa SD 3 Barongan saat mengenal mengenai sejarah seni barongan

KESENIAN: Siswa SD 3 Barongan saat mengenal mengenai sejarah seni barongan

KUDUS, Lingkarjateng.id – Sejumlah sekolah di Kabupaten Kudus mulai mengenalkan kearifan lokal kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pengenalan kearifan lokal ini sebagai bentuk perwujudan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Apalagi, saat ini sekolah di Kudus sudah menerapkan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Termasuk sekolah-sekolah yang menjadi bagian dalam Sekolah Penggerak.

Kepala Sekolah SD 1 Muhammadiyah Kudus Indira Nur Hasanah menyampaikan, pihaknya memang mulai mengenalkan kearifan lokal yang ada di wilayah setempat kepada siswa. Diantaranya, mengenalkan tentang Batik Lawasan khas Kudus dan jajanan khas Kudus.

“Melihat posisi sekolah yang ada di sebelah Menara Kudus, di lingkungan wisata, jadi kami ingin memperkenalkan juga budaya-budaya disini yang mulai sulit ditemukan,” ucapnya.

Menurutnya, batik lawasan khas Kudus saat ini sudah sulit ditemui. Sehingga perlu dikenalkan lagi kepada generasi saat ini supaya bisa tetap dilestarikan.

“Contohnya batik Kudus yang dulu ada motif lawasan seperti kapal kandas itu sudah sulit ditemukan. Kalau motif parijoto dan menara itu modifikasi saat ini, kalau batik lawasan kan ada sejarahnya juga,” jelasnya.

MENARIK: Siswa SD 1 Muhammadiyah Kudus saat melakukan kunjungan ke Omah Batik Kudus di Kelurahan Langgardalem, Kecamatan Kota

Para siswa, kata Indira, diajak untuk mengenal tentang batik mulai dari sejarahnya hingga proses pembuatannya. Kemudian, siswa juga diajak untuk praktik langsung membuat motif batik dan membuat batik secara langsung di tempat produksi.

“Kami menyesuaikan dengan kelasnya, kalau kelas satu kami ajak menjiplak motif batik karena masih berbahaya kalau mencanting. Sedangkan kelas empat kami ajak langsung mencanting membuat batik. Lalu hasil karya mereka dipresentasikan, bisa melalui lisan atau gambar,” paparnya.

Selanjutnya, di semester genap, pihaknya akan mengajak siswa mengenal makanan khas Kudus, yakni Keciput dan Lentog Tanjung.

Implementasi P5 ini sendiri dijadwalkan akan berlangsung selama tiga bulan tiap semester. Setiap materi kearifan lokal membutuhkan waktu sebanyak 30 persen dari total jam pelajaran.

“Sejauh ini, anak-anak responsnya sangat tertarik dan senang untuk program membatik. Terutama bagi anak yang belum pernah mencoba membatik atau yang suka gambar dan tertarik dengan warna,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Sekolah SD 3 Barongan Dewi Sofiyati menyebutkan, pihaknya juga mulai mengenalkan kearifan lokal setempat kepada siswanya. Yakni tentang barongan yang ada di Kudus.

“Tujuan kami nanti anak-anak bisa menghasilkan projek aksi yaitu menampilkan seni barongan. Karena sesuai dengan juknis P5 itu anak-anak boleh menghasilkan proyek dalam bentuk produk atau aksi,” terangnya.

Ia menyebutkan, pengambilan tema kearifan lokal barongan ini karena melihat kondisi sekolah yang berada di Desa Barongan. Sejauh ini, sekolah baru memperkenalkan mengenai apa itu seni barongan dan sejarahnya kepada para siswa.

“Kami mendatangkan narasumber dari tokoh masyarakat setempat untuk menjelaskan mengenai barongan. Ini sekaligus untuk memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar sekolah,” katanya.

Selanjutnya, pihaknya akan mengenalkan mengenai seni barongan dan alat musik yang digunakan saat pementasan. Ia menyebut, seni barongan ini juga akan mengajarkan siswa tentang hidup di lingkungan sosial.

“Dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini kami juga wajib menanamkan pendidikan karakter. Ada beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, bernalar kritis dan lain sebagainya,” paparnya.

Selama praktik ini, kata Dewi, akan ada tugas yang dikumpulkan sebelum penerimaan rapot. Ini juga sebagai sarana untuk mengasah bakat siswa di bidang seni. “Selanjutnya di semester dua nanti kami ambil tema gaya hidup berkelanjutan. Rencananya kami akan mengajarkan mengenai pengolahan sampah dan daur ulang. Siswa akan diajarkan untuk mengubah sampah jadi barang yang berguna,” bebernya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)

Exit mobile version