Sedekah Bumi di Kudus, Warga Desa Temulus Tanam Kepala Kerbau

Sedekah-Bumi-di-Kudus,-Warga-Desa-Temulus-Tanam-Kepala-Kerbau

PENANAMAN: Warga Desa Temulus dan tokoh agama saat menanam kepala kerbau di tengah sawah Balung Simpan saat melaksanakan tradisi sedekah bumi di Kudus. (Alifia Elsa Maulida/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Tradisi Sedekah Bumi di Kudus tepatnya yang digelar di Desa Temulus, Kecamatan Mejobo dilakukan dengan cara yang unik dan berbeda dari desa-desa lainnya. Tradisi Sedekah Bumi di Kudus yang dilaksanakan pada bulan Apit (Dzulqa’dah) di Desa Temulus dilakukan dengan menanam kepala kerbau dan empat kaki kerbau serta ekor kerbau di tengah sawah yang dinamai Sawah Balung Simpan. Tradisi dari nenek moyang ini dipercaya sebagai tolak bala atau penangkal bencana agar tidak terjadi pagebluk. 

Kepala Desa Temulus, Suharto menyampaikan, tradisi sedekah bumi dimulai dengan penyembelihan hewan kurban pada Jumat (17/6) pagi. Setelah itu, daging kerbau dibagikan secara merata kepada warga Desa Temulus.

Selepas Sholat Jumat, kepala kerbau, empat kaki, dan ekor yang telah dibungkus dengan kain kafan dibawa ke tengah sawah Balung Simpan. Pada saat penanaman, tokoh agama setempat membacakan doa terlebih dahulu. 

2 Tahun Vakum, Tradisi Bulusan Kudus Kembali Digelar

Penanaman kepala kerbau itu, menurutnya sudah turun temurun setiap tahun. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil bumi yang didapatkan oleh warga setempat.

“Ini memang peninggalan nenek moyang entah kenapa alasannya, orang tua dahulu yang sudah bisa komunikasi minta kepala kerbau, empat kaki, dan ekor di tanam di Balung Simpan,” ucapnya.

Menurutnya, jika tidak dilaksanakan bisa terjadi pagebluk. Pagebluk yang terjadi seperti ketika menanam padi gagal panen, terus banyak yang sakit. Sehingga untuk menghindari pagebluk itu, setiap tahun selalu diadakan.

Tradisi Dhandangan Kudus Kembali Ditiadakan

Tradisi ini, lanjutnya, baru digelar secara meriah pada tahun 2022 ini. Sebelumnya, tradisi sedekah bumi di Kudus hanya digelar secara sederhana selama dua tahun, dikarenakan pandemi. Meski digelar secara sederhana, namun tradisi menanam kepala kerbau di tengah sawah tetap dilakukan. 

Hanya saja, yang membedakan dengan tahun sebelumnya, tahun ini digelar pasar malam dan perlombaan sepak bola sebagai ajang silaturahmi antar warga.

“Dua tahun selama pandemi tetap dilaksanakan, hanya saja terbatas. Tidak digelar secara meriah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Alifia Elsa Maulida – Koran Lingkar)

Exit mobile version