Ratusan Guru di Kudus Antusias Ikuti Program Guru Penggerak

Ratusan Guru di Kudus Antusias Ikuti Program Guru Penggerak

AKTIF: Rihayati, Guru SDN 1 Bulungkulon yang merupakan peserta Program Guru Penggerak. (Nisa Hafizhotus Syarifa / Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Ratusan guru asal Kudus antusias untuk mengikuti Program Guru Penggerak. Guru penggerak merupakan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud-Ristek) Republik Indonesia (RI).

Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Harjuna Widada menyebutkan, sedikitnya ada 108 guru di wilayah setempat yang akan mengikuti program guru penggerak.

“Sebanyak 75 guru akan mengikuti program guru penggerak angkatan lima. Sementara 33 orang lainnya akan mengikuti program guru penggerak angkatan tujuh,” ucapnya.

Ia mengatakan, guru yang lolos program tersebut sebelumnya sudah mengikuti seleksi dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Seleksi yang dilakukan yakni simulasi mengajar dan wawancara.

“Kalau total seluruhnya yang mengikuti program guru penggerak saat ini ada sebanyak 8.315 orang guru,” ujarnya.

Rizky Oktavian Saputra, Guru SDN 3 Karangmalang merupakan salah satu guru asal Kudus yang mengikuti Program Guru Penggerak. Ia mengaku tertarik mengikuti program guru penggerak karena ingin mengikuti perkembangan jaman agar bisa memberikan pembelajaran yang aktual kepada siswa.

33 Sekolah di Kudus bakal Terapkan Program Sekolah Penggerak

“Saya tertarik ikut program ini karena ingin belajar, ingin tahu perkembangan. Jadi sebagai guru itu tidak monoton dan tidak tertinggal. Kalau ada perubahan atau perkembangan itu bisa mengikuti, salah satunya lewat Guru Penggerak,” paparnya.

Ia menjelaskan, guru penggerak merupakan bagian dari Program Kurikulum Merdeka Belajar. Kabupaten Kudus sendiri baru dijadwalkan untuk bisa mengikuti Program Guru Penggerak pada angkatan kelima.

“Angkatan kelima ini, di Kudus lumayan banyak yang daftar, yaitu sekitar 400 orang guru. Kemarin sudah pengumuman, tahap dua yang lolos sekitar 100 guru,” ujar Rizky.

Dia menerangkan, filosofi program Guru Penggerak adalah menciptakan seorang pemimpin pembelajaran. Sehingga harapannya, kata dia, guru yang mengikuti program tersebut bisa menjadi regenerasi pemimpin-pemimpin yang ada di sekolah.

“Setelah mengikuti program ini nanti para guru diharapkan bisa jadi pengawas, kepala sekolah atau sebagainya. Apalagi di Permendikbud yang baru itu kan syarat untuk menjadi kepala sekolah dan pengawas itu kan salah satunya harus mengikuti Guru Penggerak,” paparnya.

Pelatihan bagi guru penggerak ini sendiri akan berjalan selama sembilan bulan. Kegiatan pelatihan akan dilakukan secara daring dan luring.

Disdikpora Kudus Ujicoba Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak

“Kita pelatihannya secara daring tapi nanti akan ada loka karya setiap satu bulan sekali. Loka karya itu temu antar guru penggerak yang didampingi para pengajar praktik dan fasilitator,” kata dia.

Ia menyampaikan, para peserta Guru Penggerak juga akan diminta membuat penugasan mandiri. Sehingga, selain mengikuti pembelajaran, para peserta juga akan mempraktikkan di sekolah.

“Jadi kita bisa learning by doing juga, enggak melulu belajar teori, tapi juga dituntut praktiknya,” tuturnya.

Rizky menyebut, Disdikpora Kabupaten Kudus selalu memacu para guru untuk mengikuti Program Guru Penggerak. Para pengawas dan Korwil untuk SD juga selalu memberikan pemberitahuan terkait program tersebut.

BANGGA: Rizky Oktavian Saputra, Guru SDN 3 Karangmalang yang merupakan peserta Program Guru Penggerak. (Nisa Hafizhotus Syarifa / Lingkarjateng.id)

Sementara itu, Rihayati, Guru SDN 1 Bulungkulon juga mengaku antusias mengikuti Program Guru Penggerak. Alasannya karena dirinya memang senang belajar hal baru.

“Saya juga ingin menjadi orang yang inspiratif supaya guru yang lain juga mau mengikuti program ini,” ungkapnya.

Menurutnya, pengalaman yang didapat dalam program Guru Penggerak sangat banyak. Apalagi terkait dengan penerapan kurikulum yang baru.

“Setelah mengikuti guru penggerak itu kita dituntut untuk melakukan perubahan di SD kita sendiri, minimal punya program yang bisa memajukan pendidikan di Kudus,” bebernya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version