Kisah Warga Pati, totalitas sopir bus di tengah euforia libur Lebaran

Sopir asal pati bus AKAP Samiyono saat ditemui di Terminal Terpadu Pulogebang Jakarta Timur

Sopir bus AKAP Samiyono saat ditemui di Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, Jumat (29/4/2022) . ANTARA / Walda

Jakarta, Lingkarjateng.id – Samiyono (42) Warga Pati, Jawa Tengah, bersama rekannya sesama sopir tengah duduk bersandar di dalam bagasi bus yang posisinya berada di sebelah kanan kendaraan untuk melepas penat di hari yang terik.

Sengaja dia memilih bagian bagasi sebagai tempat beristirahat untuk menghindari silaunya pacaran matahari pukul 15.00 WIB.

Samiyono ingin bersantai sejenak, mengumpulkan tenaga sebelum kembali bertugas membawa penumpang dari Terminal Terpadu Pulogebang menuju Madura.

Samiyono merupakan  satu dari ratusan sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang bersiap membawa pemudik dari Terminal Terpadu Pulogebang.

Di musim mudik idul fitri 1443 Hijriah yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2022, dia menyadari tenaganya masih dibutuhkan untuk mengantarkan warga ibu kota pulang ke kampung halaman.

Yang terpenting bagi Samiyono, penumpang yang dibawanya bisa bertemu sanak keluarga ke kampung halamannya meskipun dirinya juga punya keluarga namun untuk bertemu harus ditunda karena pekerjaan yang dijalankannya.

Bahkan pria yang menghabiskan waktunya di jalan antara Jakarta – Madura ini mengaku sudah terbiasa tidak bertemu keluarga.

“Kita sudah biasa mas tidak bertemu keluarga karena harus bertugas,” kata Samiyono  di Terminal Terpadu Pulogebang.

Samiyono sadar betul keluarganya di Pati, Jawa Tengah harus ditinggalkan demi mengais rezeki. Keluarga juga sudah paham betul dengan pekerjaan yang ditekuninya itu.

Bahkan, keluarga mendukung Samiyono  kembali bertugas saat libur  lebaran tahun ini.

“Siapa yang tidak senang mas, mudik yang sebelumnya sudah dua tahun tidak ada sekarang ada lagi. Ya saya jadi dapat penghasilan dong,” kata dia.

Walau demikian, Samiyono sulit membohongi rasa rindunya kepada keluarga, terutama buah hati. Di saat istirahat setelah melakukan perjalanan, dia selalu menyempatkan diri untuk menghubungi putri bungsunya.

Melalui fitur panggilan video  di telepon genggam, begitu cara Samiyono  menengok putrinya yang masih berusia enam tahun.

Mungkin tidak banyak percakapan yang terjadi. Namun bagi dia, melihat senyum putrinya yang merekah sudah menjadi pemantik semangat untuk bekerja.

“Yang penting saya didoakan keluarga dari rumah. Itu saja yang penting,” kata Samiyono.

Jika sudah sampai Madura, Samiyono tidak serta merta bisa langsung pulang ke kampung halaman. Dirinya harus menunggu perintah Perusahaan Otobus (PO).

Bisa saja Samiyono harus bertahan di Madura atau bahkan kembali membawa penumpang saat arus balik ke Jakarta.

Maka tidak heran, terkadang Samiyono hanya bisa menghabiskan waktu bersama keluarga selama satu hari dalam seminggu.

Hampir seluruh waktunya dia habiskan di aspal antar Jakarta – Madura sambil mengendarai kendaraan dengan penuh tanggungjawab mengingat keselamatan penumpang di atas segalanya.

Menta Baja Kuncinya


Saat ditanyakan apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi seorang pengemudi bus AKAP, Samiyono hanya menjawab singkat, “Mental”.

Mental baja harus dimiliki setiap pengendara karena dipundaknya harus memikul tanggung jawab menyangkut keselamatan puluhan penumpang yang di bawanya.

“Pokoknya harus mental kuat. Kalau sudah jalan maka pikiran harus fokus supaya sampai tempat tujuan dengan selamat,” ujar dia.

Medan yang bervariasi pun menjadi tantangan tersendiri untuk menguji kelihaian dan konsentrasi pengemudi bus. Tidak jarang bus mengalami gangguan seperti kerusakan mesin, ban kempis, SPBU kosong,  dan lain-lain.

Trouble itu yang paling sering. Kalau mesin terkendala atau ban pecah. Kita harus sigap untuk bertindak,” kata dia

Belum lagi jika ada beberapa penumpang yang memarahi sopir bus. Makian pedas penumpang itu harus ditelan Samiyono bulat-bulat sambil menjalankan tugasnya.

“Walah enggak jelas mas penyebabnya apa. Kadang dimaki-maki karena lambat atau apa, enggak jelas lah,” ucap dia sambil mengernyitkan dahi.

Namun ditengah-tengah belasan jam mengendarai bus, Samiyono punya cara sendiri untuk membunuh kejenuhan.

Hanya rokok, air putih dan kopi yang dapat menghibur Samiyono dalam kejenuhan. Tidak jarang dia mengajak penumpang paling depan untuk berbicara.

Walau hanya percakapan basa-basi belaka, cara itu cukup berhasil membantu Samiyono melewati masa jenuh.

Samiyono berharap hari-hari ini cepat berlalu agar dia bisa kembali ke rumahnya, menikmati sehari dua hari bersama keluarga sebelum akhirnya kembali menjajal jalanan pulau Jawa.

Kesahatan Juga Harus Diperhatikan


Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Terminal Terpadu Pulogebang, Junaedi, mengatakan pihaknya sangat memperhatikan kondisi kesehatan sopir yang ingin membawa penumpang ke luar kota.

Bentuk perhatian itu dengan cara mewajibkan seluruh sopir untuk ikut tes urine di gerai yang disediakan pengelola terminal

Dalam satu hari pihaknya bisa melakukan tes urine terhadap 200 pengemudi bus. Dalam beberapa tes yang sudah dilakukan, sejumlah sopir ada yang dinyatakan kurang sehat dan mengonsumsi obat-obatan.

“Ada yang kedapatan mengonsumsi obat tapi karena memang dia sakit. Bukan konsumsi obat karena hal lain,” kata Junaedi.

Pengemudi yang sakit pun akan diminta istirahat sebelum kembali bekerja. Bahkan jika kondisi fisik sopir belum fit, pihaknya akan menghubungi PO menggantinya dengan sopir cadangan.

Junaedi berharap upaya tes kesehatan itu bisa meminimalkan kecelakaan bus yang disebabkan oleh pengemudi tidak sehat.

Hal serupa juga dilakukan oleh pengelola terminal yang lain seperti di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Kepala Terminal Kalideres, Revi Zulkarnaen mengatakan seluruh sopir bus di tempatnya wajib mengikuti tes urine.

Jika berdasarkan tes urine para pengemudi dinyatakan tidak sehat bahkan kedapatan memakai obat-obatan terlarang, maka pengemudi bus tersebut dilarang beroperasi.

“Kalau kedapatan menggunakan narkoba, maka kita akan bawa ke pos keamanan untuk selanjutnya dibawa ke Polsek Kalideres,” kata Revi.

Dengan demikian sopir-sopir bus AKAP seperti Samiyono yang waktunya habis di bus akan tetap bugar untuk membawa penumpang ke tujuan.

Penting juga memastikan dari segi psikologi sopir bus AKAP dalam kondisi baik sehingga saat membawa bus tidak ugal-ugalan, sabar, namun tetap penuh perhitungan saat membawa kendaraan.

Hadirnya jalan tol baik Trans Jawa dan Trans Sumatera seharusnya membuat kerja sopir kian mudah mengingat lalu lintas kian lancar, namun tetap kewaspadaan dibutuhkan mengingat dengan kondisi jalan yang lurus tersebut rawan mengantuk sehingga mengurangi kesigapan sopir saat menghadapi kondisi mendadak.

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno mengatakan penting bagi PO untuk menyediakan fasilitas istirahat bagi sopir AKAP yang melakukan perjalanan jauh. ( Antara – Lingkarjateng.id )

Exit mobile version