KUDUS, Lingkarjateng.id – Buka luwur makam Syekh Abu Hasan Syadzali di Dusun Rejenu, Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus diselenggarakan berbeda pada Senin, 22 Agustus 2022.
Acara buka luwur yang biasa digelar setiap tanggal 25 Muharam, tahun ini diwarnai dengan kirab luwur yang dimulai dari depan gapura menuju makam Syekh Hasan Syadzali. Kirab berlangsung dengan membawa kain mori pengganti luwur, minyak, bunga-bunga hingga jadah pasar yang akan dibagikan kepada peserta.
Kirab buka luwur hari ini merupakan kali kedua yang diselenggarakan setelah vakum sejak 2009 yang dilaksanakan tanpa kirab.
Sebanyak 40 orang menjadi peserta kirab buka luwur, di antaranya dari Pengurus Yayasan Makam Syeikh Syadzali Rejenu (YMSSR), Pokdarwis Parijotho, Jamiyyah Simpatisan, kelompok silat desa, terbang kuno, serta kepala daerah dan perangkat daerah terkait.
Ketua YMSSR, Didik Sedyanto mengatakan kegiatan ganti luwur dan kirab merupakan puncak acara dari serangkaian kegiatan haul Mbah Hasan Syadzali. Sebelum penggantian luwur makam, prosesi kegiatan diawali dengan manakib, maulid rasul dan tahlil umum.
Sementara terkait kirab, kata Didik, konsep budaya yang disusung merupakan upaya penggalian potensi desa dan pelestarian budaya. Mengingat Desa Japan sudah dijadikan sebagai desa wisata, pihaknya ingin mengembangkan potensi budaya melalui kegiatan kirab tersebut.
“Tidak seperti biasa, karena memang budaya yang kita ciptakan, kami ingin gali potensi budaya dan menyumbangkan kontribusi melalui kegiatan ini,” ucapnya.
Hasil bumi dan jadah pasar yang dibawa kirab menjadi simbol dari masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan sumbangan atas adanya kegiatan buka luwur.
“Penggantian kain mori dilakukan oleh panitia yayasan usai tahlil dan doa, kurang lebih tahun ini membutuhkan tujuh gulung, kurang lebih tujuh meter untuk luwur ditambah kain tirai penutup sekeliling makam,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa sosok Syekh Hasan Syadzali Rejenu merupakan waliyullah, penyiar agama dan pedagang dari timur tengah yang ingin uzlah mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya, Syekh Syadzali terpaut 1200 tahun dari Sunan Muria dan makamnya baru ditemukan sekitar tahun 1920an.
Ia menuturkan bahwa pengurus yayasan dan masyarakat Desa Japan akan terus merawat dan menjaga makam tersebut. Dirinya berharap dengan adanya kirab dan buka luwur Syeikh Syadzali Rejenu, masyarakat dapat mendapatkan berkah dan menjadi salah satu cara warga menghormati atau mengenang jasa leluhurnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)