Ketua DPRD Jepara Nilai Tradisi Lomban Lestarikan Budaya Lokal

Ketua DPRD Jepara Nilai Tradisi Lomban Lestarikan Budaya Lokal

MENYAMPAIKAN: Ketua DPRD Jepara, Haizul Ma'arif saat mengikuti acara larung kepala kerbau. (Muslichul Basid/Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.idKetua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jepara, Haizul Ma’arif menuturkan bahwa, tradisi Lomban dan Festival Kupat Lepet merupakan warisan budaya leluhur yang syarat akan nilai sejarah dan kearifan lokal. Acara ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah yang diberikan kepada nelayan dan masyarakat Kabupaten Jepara. 

Alhamdulillah, tradisi ini dapat berjalan lancar dan kembali dibuka untuk masyarakat Jepara setelah dua tahun lalu dilakukan secara sederhana dan terbatas akibat pandemi Covid-19,” kata Gus Haiz sapaan akrab Ketua DPRD Jepara

Ia menuturkan, event Pesta Lomban dan Festival Kupat Lepet yang dilaksanakan kali ini bukan hanya sekedar event rutin yang setiap tahun dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat Jepara, melainkan sebagai upaya melestarikan budaya di tengah gempuran budaya-budaya asing yang terus tumbuh subur di negeri ini khususnya di Kabupaten Jepara. 

Meriah, Pesta Lomban Jepara 2022 Diikuti Ratusan Kapal

“Tradisi ini sudah tercatat di UNESCO (United Nations, Educational, Scientific, and Cultural Organization) sehingga hal ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jepara untuk menjaga dan melestarikan budaya tersebut di tengah serbuan budaya asing yang masuk ke Indonesia,” jelasnya. 

Menurut Gus Haiz, peninggalan budaya dari masa lalu dapat menjadi jembatan bagi kita untuk mengetahui kehidupan saat itu dan juga nilai-nilai luhur yang dianut nenek moyang kita. Dengan mengetahui masa lalu, katanya, bisa menyongsong masa depan yang lebih baik. 

“Bahkan dengan satu peninggalan budaya dari masa lalu, kita bisa mempelajari banyak hal,” tandasnya. 

Ramaikan Tradisi Lomban Jepara, Warga Diimbau Taat Prokes

Ia menambahkan, era globalisasi saat ini dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. 

“Salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang adalah kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaannya sendiri,” sambungnya. 

Untuk itu, lanjutnya, perlu kesadaran akan pentingnya budaya lokal sebagai jati diri bangsa dan kewajiban bagi setiap lapisan masyarakat untuk mempertahankannya. Dimana peran generasi muda sangat diharapkan untuk terus berusaha mewarisi budaya lokal dan akan menjadi kekuatan bagi eksistensi budaya lokal itu sendiri, walaupun diterpa arus globalisasi. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)

Exit mobile version