GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Harga telur ayam pasca lebaran Idulfitri 1444 Hijriah terus meroket. Peternak ayam petelur di Desa Nglobar, Kecamatan Purwodadi Agus Utoro menjelaskan, kenaikan harga telur disebabkan beberapa faktor.
Agus menyebutkan salah satu penyebab harga telur naik di pasaran lantaran populasi ayam petelur saat ini belum sepenuhnya pulih.
“Harga telur naik ini karena demand naik, orang hajatan ramai. Permintaan jadi tinggi,” katanya.
Selain itu, kenaikan harga telur juga disebabkan biaya produksi seperti pakan ayam yang juga mengalami kenaikan. Sampai saat ini, pemerintah belum bisa melakukan intervensi harga pakan pabrikan. Biaya produksi yang tinggi membuat beberapa peternak menjual ayamnya.
“Pada bulan Januari-Februari, saya menjual 2.300 ayam petelur saya jual. Sebelumnya harga pakan per saknya sekitar Rp 320.000. Sekarang naik mulai Rp 380.000 sampai Rp 400.000,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa pedagang yang mengambil telur darinya mengaku mengeluh dengan kenaikan harga telur, karena berimbas pada penjualannya.
“Biasanya sehari bisa jual 10 kilogram. Sekarang paling cuma bisa jual 5 kilogram saja,” ungkapnya.
Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Grobogan, harga telur ayam di sejumlah pasar menyentuh Rp 30.000/kg hingga Rp 32.000/kg. Sebelumnya, harga telur di Kabupaten Grobogan sekira Rp 27.000/kg hingga Rp 28.000/kg. Bahkan jelang lebaran, harga telur ayam belum mengalami kenaikan.
Peternak berharap, harga pakan ternak bisa turun. Sehingga, harga telur bisa turun dan bisa terjangkau seluruh lapisan masyarakat. (Lingkar Network | Ibnu Muntaha – Koran Lingkar)