Genjot Komoditas Lokal, Dispertan Kendal Gelar Pelatihan Budidaya Kopi

SOSIALISASI: Pelatihan budidaya Kopi yang digelar Dispertan Kendal pada Rabu, 23 Januari 2022. (Arvian Maulana/Lingkarjateng.id)

SOSIALISASI: Pelatihan budidaya Kopi yang digelar Dispertan Kendal pada Rabu, 23 Januari 2022. (Arvian Maulana/Lingkarjateng.id)

KENDAL, Lingkarjateng.id – Sebagi salah satu daerah penghasil kopi, Kabupaten Kendal punya area perkebunan rakyat dengan komoditas andalan kopi arabika dan robusta. Untuk mendongkrak popularitas produk kopi lokal tersebut, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten (Dispertan) Kendal menggelar pelatihan budidaya kopi.

Pelatihan digelar selama dua hari, 23-24 November 2022 di salah satu agrowisata di Kendal. Kegiatan diikuti 30 petani kopi dari sejumlah daerah seperti Sukorejo, Plantungan, Patean, Pageruyung, Singorojo, Boja dan Limbangan.

Pelatihan budidaya kopi tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan para petani kopi agar dapat menghasilkan produk kopi berkualitas. Selain pelatihan, narasumber juga melaksanakan praktek langsung uji cita rasa kopi.

Kepala Dispertan Kendal, Pandu Rapriat Rogojati, mengatakan bahwa melalui kegiatan pelatihan budidaya kopi, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para petani supaya tanaman kopi yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.

“Kami berharap, petani di Kabupaten Kendal bisa lebih mengetahui karakter dari masing-masing produk kopi dan bermanfaat untuk pengembangan dan pengelolaan kopi kedepannya,” ujar Pandu, pada Rabu, 23 November 2022.

Menurut Pandu, prospek komoditas kopi di Kendal menjadi salah satu potensi ekonomi yang luar biasa bagi tiap daerah, termasuk bagi Kabupaten Kendal. Berdasarkan data tahun 2021, untuk kopi jenis arabika, tanaman yang belum menghasilkan seluas 76,53 hektare, sedangkan tanaman yang menghasilkan seluas 97,27 hektare.

“Dengan jumlah produksi 88,86 ton atau rata-rata 913,54 kilogram per hektare,” terangnya.

Sementara untuk jenis robusta, tanaman yang belum menghasilkan seluas 326,31 hektare, sedangkan tanaman yang menghasilkan seluas 2.475,87 hektare. Dengan jumlah produksi 1.717,36 ton atau rata-rata 696,52 kilogram per hektare.

“Harapannya melalui pelatihan ini kedepan kopi kendal dapat dikenal karakteristik cita rasanya dan mempunyai ciri khas yang dapat ditonjolkan,” harapnya.

Terpisah, narasumber dari Coffee dan Cocoa Training Center Surakarta, Prof Sri Mulato, mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas dari kopi adalah bibit yang unggul, ekosistem yang tepat, pemeliharaan yang baik dan opulasi tanaman kopi yang sesuai.

“Kebutuhan pokok yang tidak dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit,” jelasnya.

Saat ini, produktivias kopi di tingkat petani umumnya mencapai 600 kilogram per hectare dan masih bisa ditingkatkan menjadi dua ton per hektare.

“Kemampuan produksi tersebut masih punya kemungkinan untuk dinaikkan lebih besar lagi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kopi dalam rangka perbaikan hasil kopi,” imbuhnya.

Secara ekonomis, pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah.

“Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan. Seperti, pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit,” terangnya.

Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih di musim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. 

“Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya,” bebernya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)

Exit mobile version