Eksistensi Kerajinan Ukir Macan Kurung Jepara Terancam Punah, Ini Penyebabnya

MENGAMATI: Seorang pelajar SMA melihat replika macan kurung di Museum Kartini Jepara. (Aziz Afifi/Lingkarjateng.id)

MENGAMATI: Seorang pelajar SMA melihat replika macan kurung di Museum Kartini Jepara. (Aziz Afifi/Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.id – Kerajinan ukir khas Jepara berupa macan kurung kini terancam eksistensinya. Sejumlah faktor membuat kerajinan macan kurung yang sempat jaya pada zaman RA Kartini tersebut menipis.

Kasi Sejarah Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Jepara, Lia Supardianik, mengatakan bahwa keberadaan perajin macan kurung original semakin hari dapat dihitung jari. Meski dirinya tidak dapat menyebutkan secara rinci jumlah perajin yang masih aktif.

“Eksistensi perajin macan kurung dari hari ke hari semakin menipis,” ujarnya, pada Selasa, 7 Februari 2023.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan keberadaan simbol perlawanan terhadap kolonial itu tergerus zaman. Salah satuny biaya bahan baku yang cukup mahal untuk membuat replika macan kurung original.

Ditambah bahan baku yang saat ini digunakan juga terbatas. Pasalnya, lanjut Lia, seni ukir ini berbeda dengan seni ukir lainnya yang ada di Jepara . Salah satu ciri khas seni macan kurung ini harus menggunakan kayu yang utuh.

“Dari mulai biayanya mahal, pengerjaannya lama. Ketika pengerjaannya lama, SDM juga terbatas, bahan bakunya terbatas. Karena untuk membuat satu macan kurung itu butuh satu batang utuh. Kalau salah sedikit saja harus mengulang dari awal. Itu yang membuat harga sangat mahal,” jelasnya.

Menurut Lia, meskipun dari segi peminat, kerajinan macan kurung banyak digandrungi wisatawan akan tetapi minat para wisatawan berhenti pada harga yang ada.

“Keinginan pasar banyak, tapi untuk memenuhi permintaan ‘kan ada keterbatasan. Tapi untuk sekarang muncul macan kurung yang tidak satu batang utuh, tapi ditempel. Itulah salah satu alternatif untuk melestarikan warisan macan kurung,” imbuhnya.

Akan tetapi, ia menyatakan bahwa usulan tersebut masih dalam ranah perdebatan. Meski demikian, ia menegaskan bahwa ini sebagai upaya pelestarian replika macan kurung yang dilakukan oleh Disbudpar.

“Cuman ada plus minusnya. Tapi itu di satu sisi, cara kita melestarikan macan kurung,” tegasnya. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)

Exit mobile version