Demi Solar Bersubsidi, Nelayan di Kendal Rela Antri dan Tidur di SPBN

MENGANTRE: Sejumlah nelayan mengantre membeli bahan bakar solar di SPBN 4851301 Dermaga Muara Kali Kuto Tawang, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dengan membawa jeriken. (Dok. Lingkar TV/Lingkarjateng.id)

MENGANTRE: Sejumlah nelayan mengantre membeli bahan bakar solar di SPBN 4851301 Dermaga Muara Kali Kuto Tawang, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal dengan membawa jeriken. (Dok. Lingkar TV/Lingkarjateng.id)

KENDAL, Lingkarjateng.idNelayan di Pantai Utara Jawa saat ini semakin menderita. Pasalnya di tengah pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pasokan juga semakin sulit dengan alasan adanya pengurangan suplai dari Pertamina. Akibatnya, para nelayan terpaksa menunggu berhari-hari, bahkan ada yang sampai tidur di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) 4851301 Dermaga Muara Kali Kuto Tawang, Desa Gempolsewu, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal demi mendapatkan dua jeriken solar.

Tumpukan jeriken dan para nelayan yang diwakilkan para ibu rumah tangga tersebut berebut jatah BBM bersubsidi yakni bio solar untuk mengoperasikan mesin perahu nelayan. Tidak hanya mengantre dengan jerikennya saja, mereka juga rela tidur di emperan warung sekitar lokasi selama menunggu jatah BBM bersubsidi yang hanya dua kali dalam sepekan dengan menggunakan nomor antrean dari petugas.

Jatah setiap nelayan berbeda tergantung rekomendasi ukuran besar kecilnya kapal dan jumlah mesinnya dari 40 liter, 60 liter hingga 70 liter. Meskipun ada jatah, namun mereka tidak bisa mencari ikan dengan maksimal karena sesuai jatah solar, melaut pun mengikuti adanya bahan bakar yang hanya 2 kali dalam sepekan.

Waliyah, istri nelayan mengaku setiap hari rela antre untuk mendapatkan solar dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.

Sehari-hari di siniuntuk mengantre, menunggu mendapatkan solar. Ngantre pagi pukul 07.00 WIB pulang pukul 17.00 WIB. Ayahnya capek karena kerja jadi saya yang mengantre,” ujar Waliyah.

Salah satu nelayan, Sukardi mengungkapkan bahwa setiap tiga hari dirinya ikut antre membeli 60 liter solar. Dirinya menyayangkan sulitnya mendapatkan solar dan hanya bisa melaut tiga kali dalam satu minggu.

“Sedang mengantre untuk membeli solar demi keperluan melaut. Saya antre setiap tiga hari sekali dan mendapatkan 60 liter seharga Rp400.000. Dalam seminggu melaut sekitar tiga kali yang seharusnya bisa melaut setiap hari,” ungkapnya.

Sementara itu, Admin SPBN Dermaga Muara Kali Kuto Tawang, Zaky Nur Komar dalam penyaluran BBM jenis solar ini mengatakan bahwa para nelayan harus memiliki rekomendasi dari pihak terkait dan menggunakan kupon untuk menebusnya.

Ia menambahkan, selama 2 hari sekali dalam seminggu sejak Agustus 2022 hingga September 2022, pasokan dari pihak Pertamina sendiri terus berkurang dari yang sebelum adanya kenaikan harga BBM yakni, dari 32 tangki menjadi sekitar 22 tangki dengan kapasitas ukuran Rp16.000 per liter tiap bongkar.

“Kalau sudah dalam pembelian, nelayan harus membawa surat rekomendasi. Itu ada alokasinya untuk setiap liter. Ada yang 20 liter, 60 liter, 100 liter. Itu sesuai rekomendasi dan diberi setelah kupon (girik) untuk mengantre. Pengambilan nomor antrean setiap dua hari sekali. Kalau satu minggu ada yang dapat dua hingga tiga kali. Sebelum mengalami kenaikan harga BBM, pengiriman mencapai 32 tangki kalau sekarang 22 tangki,” ujar Zaky.

Ribuan nelayan Pantura Jawa Tengah di Kabupaten Kendal terancam tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan dapur keluarganya jika masih ada kelangkaan dengan pembatasan belanja BBM. Dalam seminggu saja, sekitar 600-an perahu kecil dan 50-an perahu besar hanya bisa melaut dua kali dari yang seharusnya tiap hari harus berangkat mencari ikan. (Lingkar Network | Muhamad Arya – Lingkar TV)

Exit mobile version