Dampak Krisis Dunia, 500 Pekerja Pabrik di Rembang Kena PHK

BEKERJA : Sejumlah pekerja di pabrik sepatu yang berada di pinggir Jalan Raya Rembang – Pamotan. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

BEKERJA : Sejumlah pekerja di pabrik sepatu yang berada di pinggir Jalan Raya Rembang – Pamotan. (R Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Kondisi ekonomi dunia yang melemah, nampaknya mulai berdampak di Kabupaten Rembang. Salah satu pabrik yang berdiri di Kota Garam ini sudah mulai mengurangi jumlah tenaga kerja.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz, pun membenarkan atas kondisi yang terjadi kepada para pekerja pabrik tersebut. Ia mencontohkan salah satunya adalah pabrik sepatu yang berada di pinggir jalan raya Rembang – Pamotan.

Tidak hanya pengurangan jumlah tenaga kerja, pabrik sepatu itu juga mengurangi jam kerja. Pengurangan tenaga kerja di pabrik sepatu itu jumlahnya mencapai ratusan orang.

“Dampak krisis dunia, pasti akan ke kita. Hari ini pabrik sepatu yang kemarin kita umbul-umbulke karyawan 15 ribu, hari ini mulai drop lagi. Sebelumnya, jam kerja 5 hari dikurangi 1 hari, karyawannya 7.000 dikurangi 500,“ bebernya.

Dirinya khawatir pengurangan tenaga kerja akan terus terjadi, sehingga berpotensi memicu angka pengangguran.

“Pengangguran pasti akan muncul lagi. Ke depan seperti apa, kita belum tahu. Ora ono duit, sing nggo tuku sepatu opo. Mlaku ae aras-arasen, mlaku ae ora kuat kok tuku sepatu (Tidak punya uang, pakai apa untuk beli sepatu berjalan saja malas, berjalan saja tidak kuat kok beli sepatu) . Pasti order akan berkurang dan karyawan dikurangi, “ tuturnya.

Oleh karena itu, ia berpesan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menyikapi melemahnya ekonomi dunia ini. Kalau punya uang banyak, ia menyarankan segera ditabung dan jangan langsung dihabiskan sekarang.

“Apalagi buat nyawer-nyawer itu, malah akan menghabiskan uang. Saya serius, soalnya baru satu bulan saja fenomena ini sudah kelihatan di pabrik sepatu,“ ucapnya.

Ketika intensitas pabrik menurun, sambungnya, pasti penghasilan pekerja akan berkurang. Jika tidak segera pulih, dirinya mencemaskan situasi terburuk, pabrik akan tutup.

“Kalau dunia seperti ini, bisa saja dikurangi terus (pekerja). Kalau nggak ada yang beli sepatu, pabriknya ‘kan tutup, kira-kira begitu. Tapi semoga tidak terjadi,“ harapnya.

Hingga saat ini, pihaknya menyebutkan, angka inflasi di Kabupaten Rembang masih terkendali pada kisaran angka kurang dari 6 %.

“Pemerintah dari pusat, provinsi dan kabupaten bergerak bersama untuk menahan laju inflasi, “ pungkasnya. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Koran Lingkar)

Exit mobile version