PATI, Lingkarjateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati mengimbau warga untuk senantiasa waspada menghadapi anomali cuaca (kondisi tidak teraturnya cuaca dari keadaan normal secara rata-rata, red) yang seringkali mengakibatkan bencana alam.
“Perkiraan cuaca ke depan yang saya terima hari ini, masih diperkirakan untuk wilayah Pati nanti hujan ringan. Jadi, meskipun hujan dengan intensitas ringan, warga tetap harus waspada. Selain itu, di bulan Juni angin besar dan curah hujan yang tinggi masih terjadi,” ucap Kepala BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya.
Intensitas hujan yang cukup tinggi pada akhir-akhir ini, lanjutnya, wilayah selatan Kabupaten Pati berpotensi terjadinya banjir. Hal ini lantaran luapan sungai yang tak mampu menampung debit air.
Meski begitu, Martinus mengungkapkan, kondisi tersebut tidak sampai menyebabkan banjir besar karena hanya air yang lewat saja. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di Desa Gunungpanti, Kecamatan Winong.
“Jadi kita tidak bisa memperkirakan (cuaca) dalam satu minggu atau satu bulan. Jadi kita hanya tahu dari BMKG. Kalau sampai menyebabkan banjir besar tidak, tapi air setinggi mata kaki seperti di Gunungpanti kemarin,” imbuh Martinus.
Curah hujan yang cukup tinggi ini juga dibarengi dengan angin kencang yang datangnya sulit diprediksi. Bahkan, angin kencang seringkali merusak rumah warga.
Martinus pun meminta kepada seluruh masyarakat, khususnya yang ada di wilayah pedesaan untuk menanam tanaman bambu, sebagai langkah pencegahan terjadinya kerusakan parah akibat bencana puting beliung.
“Yang sering kita lakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada warga untuk menanam tanaman bambu yang membatasi hunian dengan areal sawah karena sifatnya lentur dan kuat. Hal itu bisa mengurangi kerugian dampak puting beliung,” jelasnya.
Lanjut Martinus, langkah lain yang bisa dilakukan oleh warga Pati untuk mengurangi dampak dari bencana alam adalah dengan mengurangi menanam tanaman keras. Bukan tanpa sebab, seringkali pohon besar tumbang akibat kencangnya embusan angin yang dapat memicu kerugian material warga setempat.
“Sama halnya dengan tanaman mangrove, memang tidak menghilangkan rob tapi dapat mengurangi kerugian. Kearifan nenek moyang itu mulai menipis. Kita cenderung menanam tanaman keras, seperti pohon jati. Kalau ada bencana itu bisa menimbulkan kerugian,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)